Ali bin Abi Talib

"Al haqqu bila nizam ya zimul batil bi nizam"
kebaikan yang tidak terorganisir dengan baik akan kalah dengan kebatilan yang di atur dengan baik


Senin, 25 Agustus 2008

Mentarbiyah Diri di Madrasah Ramadhan

Saya tersentak saat membaca majalah sebuah artikel tentang bagaimana para ulama salaf dan salafus solih lainnya dalam menghadapai Ramadhan. Ingin rasanya menangis, dan saya kembali mempertanyakan diri saya sendiri sadarkah saya bahwa ramadhan semakin dekat ?!” bagaimana Abu bakar ash-Shiddiq ber-Ramadhan, bagai mana ibadahnya Umar. Bagaimana dengan Imam Malik, Ibnul Qayyim al jauziyah, Bagaimana pula khusyuknya ats-Tsauri atau Manshur bin al-Mu’tamir.
Perasaan gembira tak terkira yang mereka rasakan pada saat kedatangan Ramadhan, bagi mereka tidak ada kabar gembira yang paling di tunggu selain kabar mengenai datang nya Ramadhan. Bulan penuh berkah, musim panen kebaikan dan segala berkah. Bahkan persiapan yang besar itu pun sudah di persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Mulai dari shaum sya’ban, ber infaq bahkan di bulan rajab saja keinginan besar akan datang nya ramadhan itu sudah di utarakan ;

“Allahumma baarik lana fii Rajab wa sya’ban wa ballighna Ramadhan”
Ya Allah, berkahi kami di bulan rajab dan sya’ban ini, serta sampaikan kami di bulan Ramadhan

Mereka begitu gembira. Ramadhan seakan menjadi starting point bagi mereka dan alangkah ruginya jika bulan yang penuh berkah yang di nantikan itu di lewatkan. Begitu saja. Bagimana dengan kita ? seakan tak ada event berarti bagi kita saat ramadhan. Sebagaian besar dari kita mungkin hanya menggangap ramadhan sebagai sebuah simbol saja. Sebuah rutinitas yang terkadang menyiksa. Mari kita tanyakan termasuk diri saya sendiri. “sejauh mana kita mempersiapkan ramadhan ini? Adakah kita orang-orang yang merasa gembira dengan kedatangannya ? ibarat seorang tamu yang benar-benar kita tunggu kedatangannya saat ia ingin menemui kita. Saat kita begitu rindu dengan sahabat yang begitu dekat sehingga saat kedatangannya kita sambut dengan hangat hingga ia merasa benar-benar di perhatikan. Dan atas kecintaan kita kita ajak ia berkeliling hingga ia begitu senang, kita benar-benar tak mau kehilangan waktu dengannya.. Dan sebaliknya pula sahabat kita itu semakin cinta pula kepada kita. Begitulah Ramadhan yang di sambut dengan suka cita. Ia begitu di rindukan hingga kerinduan itu meyesak ke dada. Tak sabar ingin berjumpa. Dan tak ingin melewatkan sedetik pun tanpa suatu amalan pun. Ia hanya datang satu kali dalam satu tahun, dan kita pun tak mampu mengetahui akankah kita kembali bertemu jika saja kita melewatkannya saat ini. Dan kepergiannya pun tak kita harapkan, waktu sebulan terasa begitu singkat.
Benarkah demikian ? tanyakan hati kita, adakah kebahagian di hati anda saat ini meyambut ramdhan ? dan adakah terbayang bagaimana sedihnya jika ia telah berlalu ? adakah tangis ? saat takbir dan tahmid berkumandang. Sejauh mana ikhwah, sejauh mana persiapan mu? Atau kita terlalu santai, dan tak ada satu pun keistimewaan bagi kita. Oh alangkah sedihnya, alangkah ruginya. Semoga hati kita senantiasa di jadikan rindu dengan kedatangan ramadhan sehigga kita begitu enggan menyia-nyiakannya.

“Man shaama ramadhanan imaana wa ikhtisaban gufirolahu ma taqoddama min dzanbihi” barang siapa yang menyambut bulan ramadhan dengan penuh keimanan, maka di ampunilah dosa-dosanya yang terdahulu

Ramadhan tak ubahnya sebuah madrasah. Madrasah yang mentarbiyah kita menjadi sarjana-sarjana yang berpredikat taqwa. Dan sejauh ini belum ada dimanapun sebuah madrasah, ma’had dan sekolah tinggi lainnya yang mampu menciptakan orang-orang dengan prediket taqwa. Sungguh luar biasa. Dan tentunya ada prasyarat yang harus kita penuhi dahulu sebelum memasuki madrasah yang langsung dari pengawasan Allah ini. Yaitu kita di minta untuk dapat memiliki ijazah keimanan terlebih dahulu. Karena tanpa ijazah keimanan tersebut tentunya tak akan mungkin predikat taqwa tersebut kita dapatkan. Karena yang di himbau dalam madrasah ramadhan ini adalah hanya untuk orang-orang yang beriman sebagai mana dinyatakan :

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS.al-Baqarah 183)

Dengan bekal keimanan tadi kita di ajarkan berbagai macam kurikulum. Di bulan Ramadhan kita berpuasa, di sini kita dilatih tentang makna sebuah kesabaran, untuk mengendali nafsu baik itu yang berpusat di perut, atau pun di bawahnya serta menahan hal-hal yang tidak bermanfaat apalagi hal-hal yang maksiat dan dilarang oleh Allah. Dengan berpuasa kita juga di perkenalkan tentang sebuah pengenalan psikologi. Memahami bagaimana rasanya lapar,dan bagaimana pula yang di rasakan oleh orang-orang yang senantiasa menjadikan rasa lapar sebagai mainan kehidupannya. Orang-orang miskin, kaum fakir, dhuafa. Sehingga dengan pemahaman ini kita mampu menyadari tentang arti sebuah rasa lapar dan secara otomatis kita dapat memahami efek sosialnya. Dengan demikian kita juga di ajarkan bagaimana indahnya berbagi, bagaimana sebuah kebahagiaan itu datang dari sekeping logam.


Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (QS. al-Insan 8)


Dengan puasa ini pula kita paham bahwa sedekah menjadi sebuah investasi yang tak mengenal rugi. Dan yang paling penting dengan puasa kita di ajarkan untuk bersyukur. Hebatnya lagi adalah pelajaran tambahan yang bisa kita dapatkan yaitu keutamaan puasa dari segi kesehatan. Dimana rasulullah dengan jelas mengatakan :“Shumu tasihu………berpuasalah agar kamu sehat”
Tidak saja mengajarkan namun menjadikan secara nyata tubuh kita benar-benar sehat. Fakultas kedokteran mana yang punya pelajaran seperti ini. Belajar langsung sehat, belajar sambil berproses. Subhanallah untuk mata kuliah puasa saja kita tak mampu lagi menghitung berapa SKS kah ?
Dengan demikian sampailah kita pada saat kesyukuran semakin bertambah saat adzan magrib berkumandang, bahkan saat-saat manantikannya pun detik demi detik yang semakin mendekat semakin besar rasa syukur kita. (dua kenikmatan bagi orang yang berpuasa. Berbuka dan bertemu tuhan)

Dari Abu hurairah : rasulullah bersabda,”Allah azza wa Jalla berfirman, Hamba-hamba yang paling kau cintai adalah mereka yang menyegerakan berbukan” (HR Tirmidzi)

Selain itu hendaknya kita memperbanyak amalan ibadah lainya, membaca Alqur’an. Dimana para sahabat sangat berlomba-lomba mengkhatamkannya. Karena bulan ramadhan juga di sebut sebagai bulan al-quran. Dimana selain bulan di turunkannya al-qur’an juga di bulan ini semua orang-berlomba-lomba membacanya, mentadabburinya,dan tidak kalah mengamalkannya dengan keikhlasan.
Tak lupa pula untuk merutinkan qiyamul lail karena inilah bulan keberkahan segala do’a di ijabah, pahala di lipat gandakan, pertolongan di turunkan rahmat di sebarkan. Dan yang penting juga untuk menegakan shalat tarawih dan menyambung silaturahmi, memperbanyak sedekah dan meyebarkan kebaikan lainnya
Dan yang paling penting dengan ramadhan ini kita mentarbiyah diri kita dengan tarbiyah yang langsung dari Allah. Dan Ramadhan sebagai momentum bagi kita untuk hijrah kearah yang lebih baik, menjadi pribadi yang bersih dan senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita
Dengan demikian pada akhirnya pula Allah akan menyematkan label Taqwa itu benar-benar pada diri kita. Sehingga kita di golongkan sebagai al-muttaqien.


Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.al-Hujurat 13)

Oleh karena itu siapkan diri kita dengan penuh keimanan untuk menghadapi Ramadhan ini dan bergembiralah, sambutlah dengan suka cita.azamkan dalam diri ini lah ramadhan terbaik kita. Ramadhan dengan tarbiyahnya dengan gelar muttaqien

Minggu, 24 Agustus 2008

Makna kehidupan dunia

Suatu ketika terdapatlah serombongan orang-orang melakukan perjalanan yang sangat jauh. Menuju sebuah kota yang akan menjadi tempat tinggal yang amat lama bagi rombongan itu. Suatu ketika mereka berhenti di sebuah pasar, sebelum turun dari bis yang membawa mereka, pemimpin rombongan mereka memberikan sebuah catatan apa saja yang harus mereka beli disana seperti biji-bijian secukupnya, pupuk, dan beberapa makanan untuk di makan, peralatan dan kebutuhan lain. Pemimpin rombongan senantiasa mengingatkan bahwa apa-apa yang di beli harus sesuai atas apa yang di tuliskan dan apa yang di instruksikannya, dan pemimpin rombongan selalu mengharapkan agar setiap orang dapat saling mengingatkan karena di pasar, berbagai macam makanan dan kebutuhan lain di jual di sana ia khawatir jikalau orang-orang rombongan itu lupa untuk membeli sesuai apa yang di instruksikan.
Ketika rombongan itu sampai di pasar, sebagian ada yang bersegera untuk membeli apa yang di mintakan oleh pemimpin rombongan mereka itu,. ada lagi kelompok ke dua yang membeli apa yang di instruksikan namun tidak sesuai dengan takarannya. Mereka membeli biji-bijian namun lupa membeli pupuk dan perkakas. Ada yang hanya membeli pupuk dan perkakas tapi mereka tidak membeli makanan dan biji-bijian. namun ada yang ternyata lupa untuk membeli apa yang di instruksikan oleh pemimpin rombongannya. Mereka membeli makanan yang banyak dan berfoya-foya di pasar tersebut semakin mereka makan, maka mereka semakin lapar dan haus dan selalu ingin membelinya makanan tersebut,hingga uang mereka habis
Tak lama kemudian mobil segera berangkat dan tak satu pun yang tertinggal di pasar itu. Sebagian mereka mulai menyadari apa yang mereka lakukan. Ada yang khawatir karena tak satupun yang mereka bawa melainkan hanya perut yang penuh berisi makanan. Ada yang baru ingat bahwa apa yang mereka beli ternyata tidak tepat.ada juga yang puas karena semua yang di beli tepat sesuai apa yang instruksikan Sesampainya di tempat tujuan tiap-tiap orang di beri sepetak tanah yang harus mereka tanami akan apa yang mereka beli tadi.
Yang membeli sesuai dengan yang di instruksikan pimpinannya segera mencangkul dan menanami biji-bijian tadi setelah itu mereka pun memupuknya. Sehingga dengan seketika tumbuhlah pohon yang lebat dan rindang yang banyak buahnya. Dan orang itu merasa senang terlindung dari panas terik matahari dan melindungi pula dari kuyup hujan serta cukup dengan makanan. Mereka beristirahat, bermain dan bersenang-senang, dibawah pohon itu pula terdapat cadangan air yang cukup untuk minum dan mampu menyimpan hujan yang turun.
Sementara itu kelompok yang kedua yang membeli biji-bijian. Badan mereka lemas karena lupa mengisi perut mereka, merka juga bingung bagaimana caranya untuk mencangkul tanah dan biji-bijian yang mereka tanam pun tak mau tumbuh lantaran tak di pupuk akhirnya mereka sadar semua yang mereka lakukan ternyata sia-sia.
Kelompok ketiga, mereka tak punya apa-apa untuk di tanam, tak ada perkakas untuk bekerja mereka kepanasan saat siang. Dan kebasahan saat hujan. Tak ada yang dapat dimakan. Mereka kini menyadari bahwa mereka ternyata telah di sesatkan oleh nafsu mereka sendiri. Namun penyesalan pun kini tiada guna. Namun kelompok kedua dan ketigam pada akhirnya di pinjamkan perkakas dan di berikan sedikit pupuk serta biji-bijian oleh pemimpin rombongannya tadi dan mereka merasa senang kembali meskipun harus bersusah payah namun akhirnya pohon mereka pun tumbuh meskipun tak selebat dan serindang kelompok pertama namun cukup untuk melindungi mereka.
Yang parah ialah kelompok ke empat yang tidak mau mengikuti pimpinan rombongannya, mereka mengganggap mereka yang paling tau kemana mereka pergi mereka membeli pupuk mereka membeli makanan, perkakas, biji-bijian tapi tak tau di gunakan untuk apa ? sehingga di perjalanannya mereka membuang-buang apa yang telah mereka beli. Dan mereka sadar bahwa mereka telah salah. Mereka pun tidak mendapatkan bantuan dari pimpinan rombongan mereka lantaran mereka mendustainya.
Cerita tersebut hanyalah sebagai gambaran bagi kita bahwa itulah hakikat kehidupan kita di dunia. Dunia hanya sebagai sutau tempat persinggahan bagi kita untuk mempersiakan bekal kita di kehidupan yang lebih hakiki yaitu kehidupan akhirat. Sungguh amat rugi jika kita mau menukar kebaikan dan kenikmatan akhirat dengan kenikmatan dunia yang nisbi ini yang hanya tampak di pelupuk mata.

Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS al-An’aam : 32)

Di ibaratkan pada kelompok pertama yaitu orang-orang yang membeli apa-apa sesuai dengan instruksi dan catatan yang di sampaikan oleh pimpinan rombongan. Mereka adalah ahlus sunnah wal jamaah, yang senantiasa menjalankan apa-apa yang di perintah dan melakukan sesuatu sesuai dengan tuntunan dari Rasulullah SAW dan mereka adalah orang-orang beruntung karena memahami tujuan kehidupannya di dunia ini dan tidak terpedaya oleh keindahannya.
Kelompok kedua di ibaratkan adalah orang-orang yang tau akan tujuan perjalanannya. Namun tak memahami aturan yang di amanahkan, mereka beribadah dengan nafsu mereka. Mereka menghadirkan hal-hal yang baru yang mereka katakan sebagai suatu hal yang baik padahal itu tidak sesuai dengan tuntutan yang di ajarkan Rasulullah SAW sehingga mereka menjadi ahlu bid’ah dan amalan mereka seakan sia-sia. Tidak ada yang dapat di panen dari amalan tersebut, dn justru mendekatkan mereka pada kesesatan.


Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah. Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. >(QS. Al-Hadiid 27)

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS.al-Ahzab 36)

Kelompok yang ke tiga adalah orang-orang yang tidak paham tujuan kehidupannya di dunia, mereka tau bahwa mereka akan mati, namun tak ada persiapan menghadapi kematian itu. Mereka terlalu di sibukan urusan dunia sehingga mereka tak sadar dan di lupakan akan tuhannya. Mereka lupa kenikamatan yang hakiki.

.Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan syaitan Itulah golongan yang merugi. (QS. Al-Mujadillah 19)

Kelopok yang ke-empat adalah orang yang paling malang, mereka tak paham tujuan kehidupan, mereka pembangkang kebenaran. Mereka mendustakan perkataan-perkataan dan nilai-nilai haq dinullah ini yang di sampaikan Rasulullah. Mereka berbuat baik tapi tak tau untuk apa. Mereka beramal banyak tapi tak paham tujuannya apa. Mereka inilah orang-orang kafir yang senantiasa menginggakri kebenaran dan mereka adalah orang-orang yang tidak mendapat apa-apa melainkan siksaan yang keras atas ke kufuran mereka.

Maka mereka berkata: "Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita?" Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam Keadaan sesat dan gila".Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? sebenarnya Dia adalah seorang yang Amat pendusta lagi sombong.Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya Amat pendusta lagi sombong. (QS. Al-Qamar 24-26)


………dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka. (QS. Ar Ra’d 14)

lantas di kelompok manakah kita berada ? memahami tujuan kehidupan kita adalah hal mutlak yang harus kita ketahui. Kerena ada kehidupan setelah kehidupan dunia ini dan kehidupan itu jauh lebih baik jika kita memahaminya. Tujuan utama kita di dunia ini tidak lain adalah sebagai seorang hamba yang mengabdi kepada Allah dan tidak lebih dari itu. Dengan cara berpegang teguh pada atura-aturan yang terdapat dalam Al-quran dan sunnah.

Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Al-Baqarah 3-5)

Senin, 18 Agustus 2008

DI SANA KITA DIDIK

Sebungkus kacang dengan sekaleng soft drink. kaki terjulur di sofa dengan tangan kiri mengamit remote. Ah.....kita di giring..........pada kematian. Bahkan lebih dari itu. Kotak kaca itu memudarkan pandangan meleburkan hati perlahan-lahan dan membekukan pada jurang-jurang kenisbian dunia. Dan disana kita di didik.
Televisi.......kotak kaca itu benar-benar dashyat, ia lebih bahaya dari matahari yang memancarkan ultravioletnya. Menggandakan melanin sehingga menghitamkan kulit. Melainkan ia mampu lebih dari itu. Ia menusuk ke hati, meluluhkan keimanan, ia menjalani berbagai virus, meracuni dan mematikan segala potensi diri. menggerakan seluruh tubuh dan jiwa dalam kelalaian. Membangun kita untuk mengecap berbagai rasa, pembangkangan, menciptakan seribu satu alasan. Ia lebih dari sebuah amnesia, melumpuhkan saraf otak dan disana kita di didik.
Kita tak meragukan lagi bahwa televisi adalah bahaya yang mengancam. Mengancam keberlangsungan, kekuatan jiwa-jiwa muda yang segar. Jiwa-jiwa remaja dan anak-anak bahkan jiwa-jiwa orang orang tua. Menjadi jiwa-jiwa yang lemah, membudak dan manja. Ia berhasil memperdaya dan mendustakan pandangan kita. Ia menyuguhkan fatamorgana kehidupan pada mimpi-mimpi hina. Ia menjajakan komersialisme dan antek kapitalisme yang menjunjung sekularisme.
Saya tak habis pikir entah apa yang ada di benak para produser dan konglomerat-konglomerat yang kita beri nama televisi itu. Suatu kali saya mengamati, alangkah buruknya dan alangkah lemahnya. Buruk pada manajemen dan lemah pada pengawasan. Sepanjang hari hampir sebagian televisi kita menyuguhkan program-program yang menggiring pada pembodohan masyarakat. Program-program yang mengacaukan pola pikir anak-anak muda dan program-program yang menyesatkan.
Misalnya sebuah stasiun televisi yang menyuguhkan program-program percintaan yang di bubuhi hal-hal yang diluar batas penalaran manusia (takhayul) dan itu berlangsung dari jam 08.00 pagi hingga siang hari. Sedikit di selingi program berita dan di lanjutkan kembali dengan film-film tersebut hingga sore harinya. Dan malamnya di sambung dengan program kontes musik hingga pukul 12 malam dan setelah itu disambung kembali dengan film takhayul kembali hingga subuh. Nilai apakah yang dapat kita petik ? benarkah televisi menjadi sarna pendidikan ? perlu di revisi kembali bahwa pemahaman televisi sebagai sarana pendidik pada akhir-akhir ini. Dan saya melihat sebagian televisi justru menggunggulkan program-program yang kolot. Ironis lagi ada televisi yang melabeli diri sebagai stasiun televisi pendidikan justru semakin membelakangi anak-anak untuk berfikir bodoh. Dengan program-program yang terkesan mendidik dan islami seperti entong dengan segala keajaibannya, dan si badut dengan sepeda ajaibnya.
Televisi kita bukannya menanamkan paradigma berfikir yang cerdas dan sehat. Justru memundurkan, dan harus di akui bahwa televisi kita sekarang adalah televisi yang menjadi sarana komersil dan manut pada kapitalisme. Mereka mengikuti tren kebutuhan masyarakat sehingga tidak lagi memperdulikan nilai-nilai dan cenderung latah. Televisi tidak mampu lagi menjadi media pendidik dan pencerdas bangsa. Melainkan tok hanya untuk sarana hiburan semata. Dan mereka para produser berdalih bahwa masyarakat butuh hiburan”. Ya.......benar-benar msyarakat kita butuh hiburan. Hiburan yang terlalu over. Bukan sebagai refreshing dari kesibukan, kepenatan dan rasa bosan. Melainkan hiburan yang mentotol-totol otak dan hati menjadi kering, kosong melompong.
Hiburan yang menjauhkan anak-anak dari buku, dari kreatifitas dan inovasinya. Menjadi imajinasi semu, hiburan yang menuntut para remaja untuk konsumtif. Mengkomersilkan setiap nilai dan mengawang impian. Kosong, bolong, mematerikan.
Hiburan yang membenamkan budaya edukatif orang tua pada pola permisif akan zaman. Televisi benar-benar setan yang menghembuskan buhul-buhul sejak fajar hingga fajar kembali. Ia melenakan dengan goyangan erotis. Memabukan dengan cinta yang skeptis dan membuat kita bersikap apatis.
Tiap malam kita di suguhkan acara-acara yang membanggakan aurat, wanita-wanita telanjang yang di komentari dengan komentar-komentar orang-orang bodoh. Tua muda menari, hilang rasa malu dan amat memalukan. Mereka bangga dengan audisi kaum kafir tersebut. Dari senja hingga malam dan kita pun di lalaikan untuk zikir pada Allah
Melalui televisi kita di ajarkan untuk melalaikan shalat dan menyegerakan gerakannya. Melupakan tuma’ninah demi sedetik acara televisi yang sayang di tinggalkan. Kita dilenakan oleh kisah-kisah cinta yang hampa penuh dendam dan intrik. Di televisi pulalah anak-anak kita di ajarkan budaya jahiliyah, menjadikan perempuan sebagai gula-gula yang di suguhkan dengan aurat-auratnya di pajang dalam iklan-iklan konsumtif
Sinetron orang-orang borju, kemewahan, keindahan dengan menafikan kemiskinan dan kemelaratan sehingga kita terlupa bahwa bangsa ini sedang sekarat dengan jutaan orang-orang melarat. Ia benar-benar membutakan
Sudah saatnya kita waspada terutama orang tua. Jangan salahkan jika anak-anak sudah berani melawan, melupakan tugas-tugas sekolahnya, merasa modern dan mengangggap anda orang yang kuno. Karena itulah pola yang di ajarkan televisi pada mereka. Dan itu tidak lebih dari upaya kaum kapitalis untuk merongrong bangsa ini mundur melalui kotak kaca itu.
Apa jadinya jika alur fikiran anak-anak kita layaknya si entong, atau cinta fitri bahkan black street / pacar pertama. Entah bagaimana pula dengan tuan takur dan mamamia yang menginginkan bangsa ini menjadi pe-dangdut dadakan dan menjadi negara yang masyarakatnya menjadi penyanyi dan berjoget sepanjang hari. Entahlah...........
Yang jelas sadarlah bahwa televisi kita sekarang begitu asyik dengan aurat-auratnya, dengan ajaran materialis dan konsumtif, takhayul dan penuh angan-angan yang semua itu merupakan rongsokan-rongsokan jahiliyah yang telah lama terkubur. Meskipun tidak semua stasiun televisi seperti itu, namun ingat ”disana kita di didik”.

Kamis, 10 Juli 2008

MENJAGA KEIKHLASAN SEBUAH LANGKAH

tak dapat di pungkiri bahwa adanya kecenderungan kita terhadap lawan jenis. karena memang manusia di ciptakan berpasang-pasangan. dan Alah juga menghadirkan rasa kasih sayang merupakan salah satu rahmat Allah yang di berikan kepada kita.

"dan di antaratanda-tanda kebesarannya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untuk mu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya. dan dia menjadikan diantarmu rasa kasih sayang. sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir" (Ar-Ruum 21)

dan tentunya rasa kasih sayang dan ketentraman itu akan hadir jika ridho Allah juga hadir dalam suatu hubungan yang di ikat dengan yang tulus karena Allah dalm sebuah bahtera pernikahan.

dan tentunya akan berbeda jika hubungan tersebut sudah menjangkiti para remaja muslim dalam koridor yang berbeda. baik itu pacaran maupun HTS (hubungan tanpa status) yang sekarang cukup poluper di kalangan para aktivis dakwah. dan ini amat di sayangankan. bakan banyak mendalihkan bahwa itu berbeda dengan pacaran, dan juah dari zina.tentunya amat menyalahi aturan yang syar'i.

banyak sarana yang di gunakan dan umumnya pacaran ala ikhwah ini lekat dengan sms, saling taujih, mengingatkan qiyamu lai'l. naudzubillah toh setan begitu pandai dalam menjerumuskan nafsu dengan yang halus. bahkan terkesan islami.

pacaran gaya ikhwah ini terkesan islami (cover) suatu ketika dalam sebuah aksi seorang ikhwan meng-sms-i seorang akhwat. " ukhti....doakan kami untuk berjihad di bundaran pagi ini. semoga kejayan segera kita rebut syukron.....Allahuakbar!!!!".....atau "assalamu'alaikum, akhi gi ngapain ? o ya... jangan lupa bangunin ane malam nanti kalau ketiduran untuk QL.key.......jzkllah? bahkan tak jarang hubungan yang sedemikian ini sudah terlalu jauh untuk merencanakan sebuah pernikahan

akhi wa ukhti....mari kita kembali merenung.... itukah tujuan perjuangan kita ? jangan dengan hal tersebut mengotori langkah yang bersih ini. jangan terbuai, adakah itu sebuah hasil akal kita ? atau kita sudah terlalu cenderung pada nafsu. dimana keikhlasan kita. bahkan saya khawatir kalau tujuan syuro',aksi, baksos, diskusi....dan setiap kegiatan kita bermuatan hanya untuk mendapatkan pujian dari sang ukhti ataupun ikhwan, atau terlihat gagah dan soleh/soleha, naudzubillah Allah kita letakan dimana.

tak ada salahnya menyukai seseorang....namun begitu vulgarkah hingga terbangunlah limbah di hati yang lama kelamaan memburamkan hati menjadi racun di antara dua insan itu. toh kalau memang ada rasa kecenderungan, berlindunglah pada Allah ialah yang mengetahui apa yang terbaik untuk kita, mengharap hanya pada Allah.
oleh karena itu hindari "khayalan terlalu jauh." Saat ruang khayal terbuka lebar dengan bumbu-bumbu manis selalu menyertai. Tergoda syahwat untuk memikirkan dan berangan-angan lebih dari waktu ke waktu. Ketika pintu pertemanan lawan jenis terbuka dan mendapat respon yang baik, keinginan kuat untuk lebih masuk dan melewati pintu tersebut mendorong setiap kali ada kesempatan untuk "bertemu." Maka meminta no telepon, alamat rumah, foto hingga ingin mengetahui tanggal lahirnya biasanya menjadi ekor yang akan membuntutinya,
Di mana hati? Kembali untuk kejujuran diri. Apakah ada keikhlasan untuk saling mendoa'akan, mengingatkan untuk menjaga sholat, dan tilawah qur'an bagi dia semata-mata dari hati yang tulus dan tanpa pamrih? Dan benarkah tidak ada nafsu (syahwat) di dalam diri ini yang mendorong Anda untuk menelepon, ber sms, chatting dan sebagainya? Bagaimana perasaan Anda bila seharian tidak menelepon, bersms dan berchatting dengannya? Dan juga apakah perbuatan yang mulia ini (mendoa'akan, mengingatkan untuk menjaga sholat, dan tilawah qur'an) juga Anda lakukan untuk teman-teman Anda yang lainnya (sesama ikhwan atau sesama akhwat).

Berpulang kepada diri kita. Buatlah batasan-batasan diri untuk memurnikan kembali pertemanan Anda. Jangan melebihkan dalam berteman. Tidak menjadikan teman yang satu (dikarenakan lawan jenis, apalagi "maaf" cantik) lebih dispesialkan dibandingkan lainnya. Jadikan ia sama seperti teman Anda yang lainnya. Berikan keperluannya sebagaimana teman Anda yang lain.

Ketika Anda harus berhubungan dengannya, haruslah mempunyai keperluan yang jelas. Mengandung manfaat yang benar-benar penting dan berguna bukan mengada-ada hanya untuk hal-hal yang tidak jelas dan tidak ada faedahnya sama sekali.
Mulailah untuk merenung di atas kejujuran dan bertanya pada hati dengan sepenuhnya. Apakah hubungan ini murni bertemanan dan tidak ada syahwat hati yang yang mengiringi. Apakah saya masih dalam koridor yang diajarkan Islam ataukah sudah "nyerempet-nyerempet" bahkan sudah keluar dari rel yang sudah ditentukan? kita sendiri yang menjawabnya.

Selasa, 24 Juni 2008

WANITA - OH WANITA

Oh saudari yang terhormat.( Tentunya saya sedikit ragu untuk melontarkan kalimat ini. Tapi apa boleh buat) anda yang ada di sana yang begitu asyik dalam dalam ketelanjangan. Anda yang bangga dengan keterbukaan dan dapat di pahami bahwa keterbukaan adalah kebanggaan anda, dan ini bukan konotasi melainkan denotatif bahwa anda adalah orang-orang yang gemar merawat tubuh hingga mahalnya biaya perawatan tubuh anda akan terasa sia-sia jika tidak di hadirkan dalam sebuah expo jalanan yang begitu mudah untuk di gelar di mall-mall, di taman-taman. Sungguh itu sangat hina. Padahal anda begitu berharga, namun kenapa kehinaan itu begitu anda banggakan. Anda tak mengetahui bahwa di keliling anda adalah setan yang senantiasa memperindah pandangan orang akan aurat yang anda pamerkan. Sadarkah anda bahwa anda telah menyiksa kami kaum lelaki. Bahwa kami manusia dan, jangan kau tarik nafsu kami dalam kehinaan dan kemurkaan rabb kami. Kaum kafir telah memperalat kalian. Dan jangan tarik kami.

”Dan katakanlah pada para perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya dan janganlah menampakan perhiasan (auratnya)............” (QS. An-Nur : 31).


Saya ingat sekali, ada perbedaan mencolok yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir ini dalam sebuah tayangan sepak bola. Di mana pada saat ulasan oleh komentator ada hal lain yang terlihat yaitu beberapa wanita berpakaian seksi yang mendampingi komentator tersebut. (Berbeda dahulunya yang ada hanya komentator pria pada umumnya.) Apa artinya ? sebuah inovasi atau hanya sebuah penarik agar terlihat lebih menarik dan tidak membosankan. Entahlah yang jelas suatu kesimpulan yang selama ini saya lihat betapan pupolernya wanita sebagai suatu komoditas. Ya... komoditas yang di perjual belikan terutama dalam dunia hiburan media
Anda tentunya pernah suatu kali di tawari sebuah produk.di mana wanita cantik dan seksi sebagai bargainernya. Eksistensi wanita sebagai bahan penarik memang tidak tergoyahkan. Ibarat gula yang tak akan bisa di pisahkan dari susu, kopi maupun teh. Jika itu tidak ada saya yakin anda tidak akan suka meminumnya. Tentunya amat di sayangkan jika wanita di artikan seperti itu. Dan itu merupakan meperkosaan berat bagi kodrat wanita yang sebenarnya. Sebuah pemg-kerdilan hakikat wanita yang sesungguhnya.
Tak dapat dipungkiri bahwa kita lambat laun mulai kembali kepada kejahiliahan zaman. Dimana wanita sebagai objek yang di diskreditkan. Wanita hanya berfungsi sebagai pemuas, pengembira, objek pengamatan oleh nafsu. Dan itu tidak jauh dari tubuh yang seksi, mulus, putih, cantik. Apalagi jika tubuh yang indah itu hanya di hargai dengan uang ratusan ribu, jutaan, puluhan juta, milyaran ataupun triliyunan. Ini jelas mengkebiri substansi peran wanita yang sesungguhnya. Dan ini di anggap suatu kebanggaan, benar-benar jahiliahkah kita saat ini.
Tapi ada hal yang membedakan antara wanita jahiliyah dengan jahiliyah versi modernisme ini. Dimana hadirnya kalangan feminis yang melegitimasi dengan mengatasnamakan kebebasan, ekspresi, seni. Dan itu di apresiasikan dengan berbagai prestasi. Anda tau Jesica Alba yang tahun lalu di nobatkan sebagai wanita terseksi di dunia. Prestasi yang amat di gemari oleh setan.
Saya baru ingat, betapa semangatnya para istri pemain bola pada perhelatan EURO2008 ini yang berlomba-lomba untuk menampilkan foto bersama mereka tanpa busana demi menyemangati para suami yang berjuang. Yang saya khawatirkan jikalau saja para suami mereka juga bersepakat untuk berbagi istri (naudzubillah, tapi saya terlalu kolot mungkin. Bukankah mereka memang seperti itu, toh tak ada yang berminat menjadi penghulu pernikahan di sana. Karena pernikahan tidak populer). Lupakan karena memang mereka itu kaum kafir.
Coba anda lihat di beberapa tayangan televisi yang gandrung akan produksi artis karbitannya melalui audisi-audisi ala kaum kafir itu. Sarat akan muatan eksploitasi wanita sebagai hiburan dengan pakaian yang serba minim, suara yang mendayu bahkan gerakan erotis. Belum lagi pemilihan putri indonesia dan miss indonesia yang mengkerdilkan peran dari wanita sebagai ibu ’awwalun madrasatun” bagi jundi-jundi kecil. melainkan penjaja aurat beken. Oh mereka dikenal sebagai wanita cerdas yang berjuang demi kepentingan orang banyak. Padahal jelas kita telah di peralat dengan imperialisme kafir dengan balutan yang indah. Balutan pakaian-pakaina minim sebagai refleksi kebebasan, seni dan ekspresi, dan persamaan gender sebagai kekuatan dan hak.
Generasi apa yang akan hadir dari orang-orang seperti ini ?
Saya selalu bertanya, bagaimana gambaran dari masa depan kita nanti ? adakah kaum lelaki benar-benar menjadi kaum tertindas akan kesepakatan wanita untuk lebih ekstrim lagi. Untuk tidak tanggung- tanggung dalam bertindak. Mengkokohkan eksistensinya sebagai komoditas yang layak bersaing. Bahkan saya melihat indikasi kenaikan rok dan celana para wanita sudah mencapai 10% persen pertahun. Bukan tidak mungkin petumbuhan yang pesat ini akan menatikan potensi pasar desaigner perancis maupun italy untuk memproduksi model terbaru. Karena semua wanita akan menyukai hal-hal yang alami. Layaknya kambing yang enggan pake baju. Entahlah itu hanya sebuah prediksi dan kita tinggal tunggu kemurkaan dari Allah.
Saya hanya berpesan kepada para ikhwan untuk lebih menguatkan iman, tantangan lebih besar. Toh kezaliman mereka pada diri mereka sendiri juga turut menzalimi kita sebagai kaum laki-laki. Ghadul bashar memang harus di azamkan dalam diri ini.

”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. an-Nur ; 30)”
█RZ

Tasyabbuh Kepada Orang Kafir

Tak dapat di pungkiri bahwa akidah kita umat islam saat ini mendapat tantangan berat. Suatu ironi bahwa banyaknya umat yang tidak mengenal akidahnya sendiri secara sempurna. Sekulerisasi yang menghantam sebagain besar umat, dan itu di perparah dengan masuknya ajaran kaum musyrikin dan pemikiran-pemikiran yahundi dan nasrani dengan cepat menghantam dan mengelabui pemikiran umat. Tidak lain lantaran kedengkian mereka terhadap umat ini. Sebagai mana yang di gambarkan dalam Al-Qur’an :

Orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka....................(QS. Al-Baqaroh : 120)

Mereka mencoba menyusupkan gaya hidup mereka kepada umat islam dengan propaganda untuk serta melaksanakan gaya hidup mereka, dengan dalih modernisme. Mereka mengembar-gemborkan kepada kaum muslimin bahwa ajaran islam ini sudah kuno, ketinggalan, dan tak relevan terhadap kondisi saat sekarang ini. utamanya menjauhkan generasi islam dari Al-Qur’an dan as-Sunah.
Dan ini benar-bena menjadi realita yang kita hadapi. Terutamanya lagi pada kaum muda sebagai generasi penerus islam ini. Dan kita benar-benar tidak menyadarinya dan terlarut pada kondisi yang memprihatinkan itu. Sehingga pembutaan bahwa gaya hidup mereka adalah gaya hidup yang maju.
Tasyabbuh memiliki arti menyerupai atau mencontoh. (Mu’jamul Wasith 1/471).
Sedangkan makna tasyabbuh kepada orang kafir adalah meyerupai mereka, baik dalam kekhususan mereka, kebiasaan, ibadah maupun akhlaq dan prilaku. Seperti memotong jenggot, memanjangkan kumis, juga termasuk meniru kebiasaan budaya mereka seperti cara makan, serta cara berpakaia dan lainnya.
Sementara hukum tasyabbuh itu sendiri sebagaimana dalam Al-Qur’an, as-Sunah serta ijma’ para ulama yang menunjukan tentang perintah untuk menyelisihi orang-orang kafir dan larangan ntuk menyerupai mereka. Allah berfirman :

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orng sebelumnyatelah di turunkan al-Kitab kepadanya. Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasiq (Al-hadid : 16)

Di riwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa Rasulullah pernah bersabda: Barang siapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut. (HR.Abu Dawud:4031, Ahmad 2/50,92 dan di shohihkan oleh Syaikh al-Albani)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah menuturkan :”hadist ini paling sedikit menunjukan tentang hramnya Tasyabbuh kepad arng kafir meskipun dzhohir hadist tersebut menunjukan ke kufuran, (Faidhul Qodir 6/129)

Imam Ahmad mengatakan ”Saya tidak menyukai seseorang kecuali ia merapikan umisnya dan tidak menyerupai orang-orang kafir ”(Masai’l Ibnu Hani 2/148). Ibnu Taimiyah juga mengatakan ”Sesungguhnya menyerupai orang-orang kafir yang bukan termasuk Syariat Islam dan bukan termasuk kebiasaan para ulama terdahulu maka hal tersebut merupakan kejekan. Sedangkan menyelisihi merekan merupakan kebaikan (Al-Manhaj Al-Qowim.

Macam-macam tasysbbuh Kepada orang kafir
Diantara bentuk tasyabbuh kepada orang kafir yang merupakan sikap layalitas terhadap mereka.
1. Menyeupai mereka dari segi berpakaian dan berbicara. Karena hal tersebut merupakan wujud cinta pada mereka..
Di riwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa Rasulullah pernah bersabda: Barang siapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut. (HR.Abu Dawud:4031, Ahmad 2/50,92 dan si shohihkan oleh Syaikh al-Albani)

Umar bin Khatab saat menulis surat kepada kaum muslimin yang berada di negeri Umar bin Khatab saat menulis surat kepada kaum muslimin yang berada di negeri persia mengatakan : ”waspadalah kalian terhadap pakaian orang-orang kafir.”

2. Membantu dan menolong mereka dalam mengalahkan kaum muslimin.
Inilah yang gencar dilakukan oleh para kaum liberal dan sekuler. Dimana bersama-sama berusaha dengan logika mereka untuk menentang hukum Allah.

3. Ikut serta dalam merayakan hari raya mereka dan membantu dalam pelaksanaan serta mengucapkan selamat pada mereka.

Imam Abu hasan al Amidi yang dikenal Ibnu Bagdadi dalam kitabnya Umdatul Hadir mengatakan :Pasal : tidak boleh menyaksikan hari raya orang-orang yahudi dan nasrani. Sehingga jelaslah bahwa itu benar-benar tidak disyariatkan.

Dan orang-orang yang memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuata-perbuatan yang tidak berfaedah mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya. (QS. Al-Furqon : 72)
Apa lagi kita melihat kecenderungan yang terjadi pada kaum remaja kita yang begitu bangga dn berlomba-lomba merayakan hari Valentine, berpesta pora saat hari ulang tahun. Sebagaimana kebiasaan kau kafir itu.

4. Memuji dan mengaggumi mereka karena keberhasilan dan merasa kagum dengan akhlaq dan kemahiran merekan tanpa melihat aqidah mereka.
Dan janganlah kamu tunjukan kedua matamu kepada apa yang kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabb mu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Thoho : 131)
jelaslah bahwa segala bentuk kehebatan mereka dan keberhasilan mereka melainkan semuanya hanya bunga kehidupan yang Allah berikan pada mereka. Dan sifat nya hanya semu bukanlah suatu yang hakiki.

5. Memberikan nama dengan nama-nama mereka
Rasulullah telah jelas menganjurkan kepada umatnya untuk menamai anak-anak mereka dengan nama yang baik. Yaitu dengan nama-nama yang islami Seperti Abdurrahman, Abdullah dan lainnya. Kecenderungan dari kita menganggap nama-nama mereka sebagai nama yang keren. Padahal sesungguhnya memberikan nama pada Anak adalah kewajiban orang tua dan sebagai hak anak. Dan nama yang di berikan melainkan do’a bagi anak itu. Lantas bagaimana jika nama yang di berikan tersebut nama-nama kafir bahkan nama-nama orang yang menentang Allah dan nama yang berasal dari kita rekayasa mereka ?


6. Bermukim di negeri orang kafir demi menghindar dari syariat islam
amat dilarang bagi orang muslim untuk tinggal di tempat oran-orang kafir dengan tujan untuk memintakan perlindungan atau pun menghindari syariat islam yang di berlakukan di negara asalnya. Hal tersebut jelas menunjukan kemunafikan.

7. memintakan ampunan untuk mereka.
Padahal Allah tlah mengharamkan hal itu
Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampunan kepada Allah bagi orang-orang musyrik. Walaupun orang-orang musyrik itu kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. (QS At-Taubah : 113)

Untuk itu sudah saatnyalah kita menyadari bahwa begitu banyaknya upaya kaum kafir dalam menjerumuskan kita untuk jauh dari Al-Qur’an dan as-Sunah. Yang intinya menjauhkan kita dari Allah. Sesungguhnya Rasulullah telah jelas menyatakan bahwa keselamat kita adalah jika kita tidak melupakan dua hal tadi yaitu Al-Quran dan sunah rasul. Dan bukan dengan mengikuti aturan mereka.
oleh :Rz. buletin Al-Furqon vol2/no2

Minggu, 18 Mei 2008

??????????

???????? (pertama)
engkau boleh tau tentang kisah itu
ia terhenyak ke bumi
kau boleh memakinya
tapi ia terus berjalan terseok ke ujung langit.
tuhan tak marah
bahkan ia kembali berkubang pada lumpur
ini kehidupannya...
hidupnya bukan dewa tapi asa
terlalu jauh untuk terbang
tapi sayap tak akan patah
hingga cicit kecil itu perkasa di angkasa
tak ada hela, dan ia pun mengudara
aku juga
tapi masih jauh dan terseok
hanya asa

??????? (kedua)
kecil
debu
dan apa
untuk apa berkilah dan memang terlalu lemah
hingga sekarang
bualan itu indah
saat neraka menanti di sana
padahal kau bangun dan duduk
tapi terawang kosong
dan titik hujan hanya lamunan
dan terlelap kembali malam itu
azam mu belum sampai z (zet)

?????? (ketiga)
aku ingin
aku rindu
aku sepi
aku letih
aku lapar
aku sedih
aku takut
aku bingung
aku bimbang
aku lemah
aku masih menanti
masih duduk

?????? (ke empat)
lalu mau kemana bung
kau duduk di jalan itu dan begitu hina
kau duduk di meja itu mengemis
lalu mau kemana ?
jalan ini mulus
zalim
dan terbahak-bahak
ceritanya amat lucu hingga kau menangis
makanan mu hanya angin
lalu
ya Allah aku tak berkaki
mana kawan ku? jangan mereka yang itu

Kamis, 01 Mei 2008

Proposal Nikah
KADO BUAT YANG MAU DAN SIAP MENIKAH..BARAKALLAHU !! (By : 4121X13)

Latar Belakang

Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya cintai dan sayangi, semoga Allah selalu memberkahi langkah-langkah kita dan tidak putus-putus memberikan nikmatNya kepada kita. Amin

Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati..sebagai hamba Allah, saya telah diberi berbagai nikmat. Maha Benar Allah yang telah berfirman : "Kami akan perlihatkan tanda-tanda kebesaran kami di ufuk-ufuk dan dalam diri mereka, sehingga mereka dapat mengetahui dengan jelas bahwa Allah itu benar dan Maha Melihat segala sesuatu".

Nikmat tersebut diantaranya ialah fitrah kebutuhan biologis, saling membutuhkan terhadap lawan jenis.. yaitu: Menikah ! Fitrah pemberian Allah yang telah lekat pada kehidupan manusia, dan jika manusia melanggar fitrah pemberian Allah, hanyalah kehancuran yang didapatkannya..Na'udzubillah ! Dan Allah telah berfirman : "Janganlah kalian mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang buruk lagi kotor" (Qs. Al Israa' : 32).

Ibunda dan Ayahanda tercinta..melihat pergaulan anak muda dewasa itu sungguh amat memprihatinkan, mereka seolah tanpa sadar melakukan perbuatan-perbuatan maksiat kepada Allah. Seolah-olah, dikepala mereka yang ada hanya pikiran-pikiran yang mengarah kepada kebahagiaan semu dan sesaat. Belum lagi kalau ditanyakan kepada mereka tentang menikah. "Saya nggak sempat mikirin kawin, sibuk kerja, lagipula saya masih ngumpulin barang dulu," ataupun Kerja belum mapan , belum cukup siap untuk berumah tangga��, begitu kata mereka, padahal kurang apa sih mereka. Mudah-mudahan saya bisa bertahan dan bersabar agar tak berbuat maksiat. Wallahu a'lam.

Ibunda dan Ayahanda tersayang..bercerita tentang pergaulan anak muda yang cenderung bebas pada umumnya, rasanya tidak cukup tinta ini untuk saya torehkan. Setiap saya menulis peristiwa anak muda di� majalah Islam, pada saat yang sama terjadi pula peristiwa baru yang menuntut perhatian kita..Astaghfirullah.. Ibunda dan Ayahanda..inilah antara lain yang melatar belakangi saya ingin menyegerakan menikah.

Dasar Pemikiran

Dari Al Qur��an dan Al Hadits :

�"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (QS. An Nuur (24) : 32).
"Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (QS. Adz Dzariyaat (51) : 49).
�Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui�� (Qs. Yaa Siin (36) : 36).
Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik (Qs. An Nahl (16) : 72).
Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Qs. Ar. Ruum (30) : 21).
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).
Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali. (Qs. An Nisaa (4) : 1).
Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan reski yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).
..Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja..(Qs. An Nisaa' (4) : 3).
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah berbuat kesesatan yang nyata. (Qs. Al Ahzaab (33) : 36).
Anjuran-anjuran Rasulullah untuk Menikah : Rasulullah SAW bersabda: "Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !"(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.).
Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah (HR. Tirmidzi).
Dari Aisyah, "Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu�� (HR. Hakim dan Abu Dawud). 14.�Jika ada manusia belum hidup bersama pasangannya, berarti hidupnya akan timpang dan tidak berjalan sesuai dengan ketetapan Allah SWT dan orang yang menikah berarti melengkapi agamanya, sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separoh lainnya." (HR. Baihaqi).
Dari Amr Ibnu As, Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya ialah wanita shalihat.(HR. Muslim, Ibnu Majah dan An Nasai).
"Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah� (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim) : a.�Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b.�Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c.�Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram."
"Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud).
Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak (HR. Abu Dawud).
Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain (HR. Abdurrazak dan Baihaqi).
Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan) (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah).
Rasulullah SAW. bersabda : "Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah" (HR. Bukhari).
Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang (HR. Abu Ya��la dan Thabrani).
Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat. (HR. Ibnu Majah,dhaif).
Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka (Al Hadits).
Tujuan Pernikahan

Melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.
Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
Mewujudkan keluarga Muslim menuju masyarakat Muslim.
Mendapatkan cinta dan kasih sayang.
Ketenangan Jiwa dengan memelihara kehormatan diri (menghindarkan diri dari perbuatan maksiat / perilaku hina lainnya).
Agar kaya (sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihat).
Meluaskan kekerabatan (menyambung tali silaturahmi / menguatkan ikatan kekeluargaan)
Kesiapan Pribadi

Kondisi Qalb yang sudah mantap dan makin bertambah yakin setelah istikharah. Rasulullah SAW. bersabda : ��Man Jadda Wa Jadda�� (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti ia akan berhasil melewati rintangan itu).
Termasuk wajib nikah (sulit untuk shaum).
Termasuk� tathhir (mensucikan diri).
Secara materi, Insya Allah siap. ��Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya��� (Qs. At Thalaq (65) : 7)
Akibat Menunda atau Mempersulit Pernikahan

Kerusakan dan kehancuran moral akibat pacaran dan free sex.
Tertunda lahirnya generasi penerus risalah.
Tidak tenangnya Ruhani dan perasaan, karena Allah baru memberi ketenangan dan kasih sayang bagi orang yang menikah.
Menanggung dosa di akhirat kelak, karena tidak dikerjakannya kewajiban menikah saat syarat yang Allah dan RasulNya tetapkan terpenuhi.
Apalagi sampai bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Rasulullah SAW. bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi mahramnya, karena yang menjadi pihak ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad) dan "Sungguh kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik, daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya" (HR. Thabrani dan Baihaqi).. Astaghfirullahaladzim.. Na'udzubillahi min dzalik
Namun, umumnya yang terjadi di masyarakat di seputar pernikahan adalah sebagai berikut ini :

Status yang mulia bukan lagi yang taqwa, melainkan gelar yang disandang:Ir, DR, SE, SH, ST, dsb
Pesta pernikahan yang wah / mahar yang tinggi, sebab merupakan kebanggaan tersendiri, bukan di selenggarakan penuh ketawadhu'an sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. (Pernikahan hendaklah dilandasi semata-mata hanya mencari ridha Allah dan RasulNya. Bukan di campuri dengan harapan ridha dari� manusia (sanjungan, tidak enak kata orang). Saya yakin sekali.. bila Allah ridha pada apa yang kita kerjakan, maka kita akan selamat di dunia dan di akhirat kelak.)
Pernikahan dianggap penghalang untuk menyenangkan orang tua.
Masyarakat menganggap pernikahan akan merepotkan Studi, padahal justru dengan menikah penglihatan lebih terjaga dari hal-hal yang haram, dan semakin semangat menyelesaikan kuliah.
Memperbaiki Niat :

Innamal a'malu binniyat....... Niat adalah kebangkitan jiwa dan kecenderungan pada apa-apa yang muncul padanya berupa tujuan yang dituntut yang penting baginya, baik secara segera maupun ditangguhkan.

Niat Ketika Memilih Pendamping

Rasulullah bersabda "Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya."(HR. Thabrani).

"Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama". (HR. Ibnu Majah).

Nabi SAW. bersabda : Janganlah kalian menikahi kerabat dekat, sebab (akibatnya) dapat melahirkan anak yang lemah (baik akal dan fisiknya) (Al Hadits).

Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda, ��Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama." (HR. Muslim dan Tirmidzi). Niat dalam Proses Pernikahan

Masalah niat tak berhenti sampai memilih pendamping. Niat masih terus menyertai berbagai urusan yang berkenaan dengan terjadinya pernikahan. Mulai dari memberi mahar, menebar undangan walimah, menyelenggarakan walimah. Walimah lebih dari dua hari lebih dekat pada mudharat, sedang walimah hari ketiga termasuk riya'. "Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan."(Qs. An Nisaa (4) : 4).

Rasulullah SAW bersabda : "Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya" (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih). Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW. telah bersabda, "Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)" (HR. Ahmad). Nabi SAW pernah berjanji : "Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya." (HR. Ashhabus Sunan). Dari Anas, dia berkata : " Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya" (Ditakhrij dari An Nasa'i)..Subhanallah..

Proses pernikahan mempengaruhi niat. Proses pernikahan yang sederhana dan mudah insya Allah akan mendekatkan kepada bersihnya niat, memudahkan proses pernikahan bisa menjernihkan niat. Sedangkan mempersulit proses pernikahan akan mengkotori niat. "Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing." (HR. Bukhari dan Muslim)

Pernikahan haruslah memenuhi kriteria Lillah, Billah, dan Ilallah. Yang dimaksud Lillah, ialah niat nikah itu harus karena Allah. Proses dan caranya harus Billah, sesuai dengan ketentuan dari Allah.. Termasuk didalamnya dalam pemilihan calon, dan proses menuju jenjang pernikahan (bersih dari pacaran / nafsu atau tidak). Terakhir Ilallah, tujuannya dalam rangka menggapai keridhoan Allah.

Sehingga dalam penyelenggaraan nikah tidak bermaksiat pada Allah ; misalnya : adanya pemisahan antara tamu lelaki dan wanita, tidak berlebih-lebihan, tidak makan sambil berdiri (adab makanan dimasyarakat biasanya standing party-ini yang harus di hindari, padahal tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang demikian), Pengantin tidak disandingkan, adab mendo'akan pengantin dengan do'a : Barokallahu laka wa baroka 'alaikum wa jama'a baynakuma fii khoir.. (Semoga Allah membarakahi kalian dan melimpahkan barakah kepada kalian), tidak bersalaman dengan lawan jenis, Tidak berhias secara berlebihan ("Dan janganlah bertabarruj (berhias) seperti tabarrujnya jahiliyah yang pertama" - Qs. Al Ahzab (33),

Meraih Pernikahan Ruhani

Jika seseorang sudah dipenuhi dengan kecintaan dan kerinduan pada Allah, maka ia akan berusaha mencari seseorang yang sama dengannya. Secara psikologis, seseorang akan merasa tenang dan tentram jika berdampingan dengan orang yang sama dengannya, baik dalam perasaan, pandangan hidup dan lain sebagainya. Karena itu, berbahagialah seseorang yang dapat merasakan cinta Allah dari pasangan hidupnya, yakni orang yang dalam hatinya Allah hadir secara penuh. Mereka saling mencintai bukan atas nama diri mereka, melainkan atas nama Allah dan untuk Allah.

Betapa indahnya pertemuan dua insan yang saling mencintai dan merindukan Allah. Pernikahan mereka bukanlah semata-mata pertemuan dua insan yang berlainan jenis, melainkan pertemuan dua ruhani yang sedang meniti perjalanan menuju Allah, kekasih yang mereka cintai. Itulah yang dimaksud dengan pernikahan ruhani. KALO KITA BERKUALITAS DI SISI ALLAH, PASTI YANG AKAN DATANG JUGA SEORANG (JODOH UNTUK KITA) YANG BERKUALITAS� PULA (Al Izzah 18 / Th. 2)

Penutup

"Hai, orang-orang beriman !! Janganlah kamu mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah kepada kamu dan jangan kamu melampaui batas, karena Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas." (Qs. Al Maidaah (5) : 87).

Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Qs. Alam Nasyrah (94) : 5- 6 ).

Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya sayangi dan saya cintai atas nama Allah.. demikanlah proposal ini (secara fitrah) saya tuliskan. Saya sangat berharap Ibunda dan Ayahanda.. memahami keinginan saya. Atas restu dan doa dari Ibunda serta Ayahanda..saya ucapkan "Jazakumullah Khairan katsiira". "Ya Allah, jadikanlah aku ridho terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan dan jadikan barokah apa-apa yang telah Engkau takdirkan, sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa-apa yang engkau tunda dan menunda apa-apa yang Engkau segerakan.. YA ALLAH BERILAH PAHALA DALAM MUSIBAHKU KALI INI DAN GANTIKAN UNTUKKU YANG LEBIH BAIK DARINYA.. Amiin"

Psst jangan kasih tau kalau kalau proposal ini contekan dari sini dudung.net

Senin, 28 April 2008

Potret Buram Demokrasi

Saiful Jamil bakal jadi calon wakil walikota ?????!!!

begitu mudahkah amanah sebagai pemimpin di jual belikan ?
ini merupakan salah satu potret buram wajah demokrasi di negara ini. dan demokrasi ibarat wajah bopeng yang di percantik. namun tetap bopeng!

sehingga seakan perpolitikan adalah ajang upaya membangun sebuah tren yang mampu di jual. bukan menafikan kemampuan saiful jamil bahkan artis-artis lain yang mulai hingat bingar dalam ajang politik di negara ini. tapi semudah itukah ?
sehingga demokrasi di ibaratkan sebagai suatu media dalam mengejar kekuasaan semata tanpa memperdulikan kepentingan umat yang akan di pimpinnya. sehingga banyak orang bodoh yang nantinnya berlomba-lomba menjadi dan di jadikan pemimpin. padahal jelas bahwa Rasulullah SAW mengatakan bahwa menyerahkan kepada seseorang yang bukan ahlinya di suatu bidang maka tunggulah kehancurannya

dan sebagai suatu nasehat bagi partai yang juga berafilisasi dalam kegiatan dakwah (PKS) agar upaya membangkitkan potensi kaum muda , dan menempatkan posisi kaum muda dalam kepemimpinan bukan sekadar trend dan upaya menjual nama apalagi melibatkan artis dalam upaya pemenangan dakwah di birokrasi. melainkan benar-benar sudah melihat potensi kepemimpinan nya.

mudah-mudahan upaya ini merupakan salah satu langkah dakwah sebagaimana Rasulullah yang mengutus "Mushab bin Umair sebagai best ambasador" ke Madinah atau pun kepercayaan yang diberikan pada usamah bin Zaid. dan bukan sebagai tren semata

Rabu, 16 April 2008

Gurau

.........


Mau-tidak mau gurau adalah suatu hal yang amat sering di lakukan oleh orang dalam tiap harinya. Bahkan gurauan dan canda sudah merupakan kebutuhan setiap orang apalagi dalam masa-masa sulit dan serba menjepit. Seseorang tidak akan mungkin akan bisa membiarkan hari-hari terus dalam keseriusan. Bahkan tidak mungkin ada orang yang tidak pernah tertawa atau sedikitnya tersenyum minimal satu kali dalam seharinya. Karena harus di pahami bahwa kita akan terpacu dalam kondisi stres dan jenuh dalam tiap harinya. Baik ringan maupun berat lantaran kesibukan dan keseharian kita. Gurauan adalah pencair kondisi itu.

Jika di tinjau secara ilmu kesehatan para ilmuan sependapat bahwa otot wajah kita butuh peregangan, itu bisa di dapat dengan tersenyum dan juga tertawa secara profesional. Gurauan atau canda juga dapat mencairkan suasana bahkan membangun keakraban. Anda tentu pernah melihat orang yang begitu Berwibawa, Jaim, Cool. Terkadang kita amat enggan dan bahkan takut untuk banyak berbicara. Dan bisa di bayangkan jika anda di tugaskan dengan orang tersebut ke suatu tempat berdua. Alangkah tersiksanya anda pada saat itu. Suasana begitu tegang. Hanya satu dua patah kata yang keluar dengan tanggapan dingin.

Namun akan berbeda jika ada orang yang memiliki rasa humor tinggi, anda akan merasa nyaman, perbincangan begitu enak sehingga bekerja pun enak dengan tanpa ke engganan untuk bertanya dan berdiskusi tanpa rasa was-was dan tanpa menghilangkan rasa hormat.

Seorang penceramah pun akan di tinggalkan jika penyampaiannya monoton, terlalu lama apalagi tanpa sedikit pun humor. Gurau humor dan canda adalah kebutuhan bagi kita. Tanpa itu hidup terasa hampa. Namun gurau yang baik juga memiliki syarat agar gurauan itu tetap profesional. Dan juga dengan banyak macam penyampaian, seperti sebuah sandiwara sederhana. Atau gurauan saat santai dengan obrolan dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW juga mencontohkan. Beliau juga orang yang memiliki sifat humoris misalnya pada saat seorang laki-laki datang pada Rasulullah SAW lalu berkata;

”ya Rasulullah bawalah aku.” kemudian Rasulullah SAW menjawab, ”Aku akan membawa mu di atas anak unta.” lelaki itu bertanya (penuh heran) ”Bagaimana aku akan di bawa oleh seekor anak unta?” kemudian Nabi menjawab,”bukankah unta itu dilahirkan dalam bentuk anak unta juga!” (HR Tirmidzi. Di sahihkan oleh Al-Bani)

Gurauan yang baik yaitu gurauan yang berisi / bermakna, namun tidak memiliki unsur melukai perasaan orang atau mengandung ghibah (menyampaikan keburukan orang lain) apa lagi fitnah. Karena itu amat bertentangan dan akan menimbulkan masalah. Meskipun hal ini seakan menjadi suatu hal yang amat jarang. Karena sebagian dari kita amat tidak memahami etika bergurau hingga kita amat asyik membicarakan keburukan orang lain dan juga melukai perasaan orang lain yang misalnya memiliki banyak kekurangan.

Untuk gurauan yang sifatnya sandiwara (ngerjain) teman-teman, misalnya pada saat ulang tahun atau pada saat-saat tertentu juga harus di perhatikan jangan gurauan kita sampai membuat orang lain gelisah atau celaka. Atau gurauan nya amat ekstrim misalnya menyampaikan bahwa teman kita meninggal dunia, kecelakaan dan sebagainya. Karena itu dapat membuat kepanikan dan sudah di anggap bukan gurauan yang lucu. Hendaknya gurauan itu tidak mengandung kebohongan nyata. Karena Rasulullah pun tidak pernah bergurau dengan berbohong baik secara ucapan (bahasa) maupun secara sebenarnya.

Misalnya pada saat seorang nenek datang pada Rasulullah SAW dan berkata :

”Ya Rasulullah, berdoalah pada Allah agar saya dimasukan kedalam surga.” Rasulullah menjawab;”wahai nenek, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh orang-orang tua.” kemudian nenek itu pergi sambil menangis. Kemudian Rasulullah bersabda: ”Beritahulah kepadanya bahwa ia tidak akan masuk surga dalam kondisi nenek”

(HR Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa’i)

Dan perlu di ketahui bahwa gurauan yang tidak profesional dan terlalu banyak bergurau akan membuat image dan kewibawaan kita jatuh. Sehingga mengurangi penghargaan orang terhadap diri kita. Dan juga terlalu banyak bergurau apalagi yang bermuatan kebohongan akan menurunkan kepercayaan orang akan ucapan kita. Karena orang akan sulit untuk membedakan ucapan kita sebagai gurauan atau serius. RZ

Jumat, 28 Maret 2008

Oleh : Farid Nu'man

Mukadimah

Dalam sebuah perjalanan kami bersama beberapa Ikhwah, ada perbincangan menarik. Salah seorang Al Akh bertanya, akhi, berapa penghasilan Antum sebulan dari mengajar? Ikhwah tersebut tersenyum dan malu menjawabnya. Namun, ketika ditanya lagi dengan nada bergurau, ia pun menjawab, 150 ribu sebulan. Inilah ikhwah kita, kader da’wah yang memiliki banyak kelompok halaqah. Ada lagi, Ikhwah yang pernah kami temui, ia aktifis dan banyak amanah Da’wah yang dia emban. Ia hanya berpenghasilan tidak sampai 300 ribu rupiah dari membuat minuman penghangat badan, wedang jahe.

Itulah ikhwah kita, mereka hidup dipelosok. Namun, kami kira mereka juga ada disekitar kita, saudara kita di halaqah, di wilayah da’wah kita, bahkan ia mungkin kita sendiri. Tetapi mereka tidak mengeluh, tidak lemah, dan Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang sabar.

Syahdan,di kota besar ada pula ikhwah daiyah yang hidupnya lebih dari cukup, bahkan sangat-sangat lebih. Itu baik dan tidak masalah. Namun, jadi masalah jika ia mengiklankan kemewahan, menyeru orang kepadanya, memberikan ilustrasi keunggulan mewah, bukan sekedar bercerita kekayaan. Ia menghiasi dengan berbagai dalil dan alasan yang dipaksakan untuk melegitimasi pemikiran dan perilakunya sendiri. Membicarakan pentingnya kekayaan, harta, kemewahan, dengan alasan maslahat da’wah dan sebagainya,karena ia sudah merasakannya. Lalu, kemana dahulu ketika keadaannya belum seperti sekarang? Kenapa maslahat-maslahat itu baru dibicarakan saat ini ? Apakah dibicarakan untuk pledoi? Apa ia tidak pernah tahu kondisi ikhwah lain yang serba sulit? Atau memang tidak mau tahu?

Tak usah ajarkan kami, kami sudah mengetahui harta memang urgen. Kaya memang penting. Mayoritas para sahabat yang mubasyiruna bil jannah (dikabarkan akan masuk surga)adalah orang-orang kaya. Orang kaya yang bersyukur lebih utama dari orang miskin bersabar. Rasulullah Shallallahu ˜Alaihi wa Sallam pun berdoa berlindung dari kekafiran dan kefaqiran. Dan, kami pun tetap bekerja untuk menafkahi anak dan istri kami ... Alangkah baiknya jika kami tetap diajarkan oleh dai itu- bagaimana menjadi hamba yang shalih, hamba yang bersyukur terhadap kekayaan, bersabar atas kesulitan, berjihad, istiqamah, dan ilmu-ilmu bermanfaat lainnya untuk agama dan dunia kami, agar kami menjadi pribadi yang apa adanya menurut Al Quran dan As Sunnah, bukan pribadi yang seharusnya menurut keadaan dan status sosial. Dan, tidak usah menyesali jika dahulu kami lupa diajarkan tentang masalah kekayaan dalam silabus tarbiyah kami, karena hakikat kekayaan adalah kaya jiwa.

Inilah keyakinan dari keimanan kepada Allah Ta’ala , dan pemahaman terhadap harta secara sehat, dan jangan memaksakan pemahaman yang asing dalam sejarah da’wah dan tarbiyah.

Tetapi Ya Syaikh ..., kaya bukanlah mewah, walau ia bersumber dari satu hal yang sama yakni harta, tetapi ia berbeda secara nilai yakni mentalitas. Mentalitas aji mumpung; mumpung ada, mumpung menjabat, mumpung dekat dengan orang kaya, mumpung di atas, mumpung punya binaan kalangan menengah ke atas. Tak ada kamus aji mumpung dalam kehidupan teladan kami, Rasulullah Shallallahu ˜Alaihi wa Sallam, ia memegang kunci-kunci kekayaan, jika ia mau mudah sekali mendapatkannya. Tetapi, ia amat sederhana. Para sahabat, memang kaya, tapi adakah kita mendengar mereka mengiklankan kemewahan, dan berleha-leha ketika ada saudaranya kesulitan? Justru mereka menampakkan kesederhanaan dan kesahajaan. Mereka tahu perasaan sahabat nabi lainnya. Ya .. mereka tahu perasaan manusia ..

Khadijah seorang wanita kaya, ia saudagar wanita, ketika nikah dengan Rasulullah ia menjadi sederhana. Kekayaannya ia habiskan untuk perjuangan suaminya, bukan dihabiskan untuk menikmati kenikmatan hidup. Jangan sekedar melihat besarnya mahar ketika mereka berdua nikah, tetapi lihatlah buat apa dan dikemanakan mahar tersebut, apakah mahar tersebut merubah Rasulullah menjadi laki-laki yang mewah? Tidak! Terlalu naif membicarakan kemewahan hanya melihat dari ukuran mahar pernikahan Rasulullah Shallallahu ˜Alaihi wa Sallam dan Khadijah Radhiallahu ˜Anha .

Umar bin Abdul Aziz ia seorang kaya, ketika menjadi khalifah justru ia tinggalkan kekayaannya. Tetapi, kewibawaan mereka sama sekali tidak berkurang, justru melambung tinggi, karena Allah Ta’ala telah muliakan mereka. Kemana contoh-contoh ini ?

Untuk contoh masa sekarang adalah Usamah bin Ladin setuju atau tidak dengan ideology dan segala upaya jihadnya ia adalah seorang kaya raya, bahkan sangat kaya, kalau dia mau bisa saja CNN dibelinya. Tapi, dia hidup amat sederhana, makan seadanya, dia serahkan kekayaannya untuk membiayai perjuangannya. Bukan mencari kekayaan dari perjuangan, bukan mencari biaya hidup dari perjuangan.

Itulah letak kewibawaan. Rasulullah dan para sahabat adalah teladan kita, qudwah hasanah kita ... selamanya. Kami tidak butuh teladan yang lain, walau ia berilmu, senior da’wah, tetapi ...alhamdulillah, kami tidak pernah silau dengan istilah, gelar, dan pujian manusia yang sehaluan dengannya. Walau kami sangat menghargai dan menghormati peran dan kontribusi da’wah yang telah mereka lalui demikian panjang.

Kesederhanaan Adalah ˜Izzah

Ada sudut pandang simplistis yang biasa dilontarkan oleh manusia yang berideologi kekayaan dan kemewahan. Sudut pandang kesetaraan status dan kepantasan lingkungan, agar penerimaan dirinya dilingkungan yang baru, bisa diterima dengan baik. Sudut pandang materialis kapitalis ini, satu-dua contoh kasus bisa saja benar, bahwa jika Anda bergaul dengan kalangan jet set tetapi ketika menghadap mereka dengan ˜hanya” motor bebek atau mobil seken , lalu Anda kurang dianggap, kurang ˜berharga” dimata mereka. Bisa saja itu terjadi, dan bisa pula itu perasaan dan sugesti saja. Jangan pernah memandang bahwa kesulitan hidup, adalah biang keladi segala masalah kita “para da’i dan umat Islam saat ini. Tak ada manusia satu pun yang ingin susah dan miskin, tetapi jangan pula menganggap kekayaan adalah solusi jitu, yang akhirnya harus dikejar-kejar dan diserukan secara demonstratif,karena taqwa dan keshalihan itulah solusi, sedangkan kekayaan adalah penunjang atau bisa juga fitnah.

Kenapa contoh keserhanaan Abu Dzar, kewaraĆ¢’an Abu Bakar, kezuhudan Umar, kedermawanan Utsman, dan kesulitan hidup Ali, tidak menjadi sudut pandang kita. Apa yang mereka alami ini tidaklah meluluhkan wibawa mereka di depan Al Khaliq dan makhluk. Justru semakin melambung tinggi dan nama mereka tercatat abadi dalam konfigurasi sejarah manusia-manusiapilihan. Itu mereka dapatkan bukan karena kekayaan dan kemewahan, tetapi keikhlasan, kesederhanaan, dan pengorbanan mereka.

Benarlah yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda: “Sesungguhnya, kalian tidak akan mampu menguasai manusia dengan harta kalian, tetapi kalian bisa menguasai mereka dengan wajah yang bersahaja dan akhlak yang baik.” (HR. Abu Ya’la, dishahihkan Al Hakim, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Kitab Al jami’, Bab Targhib fi Makarimil Akhlaq, hal. 287. Hadits no. 1341. Cet 1, 2004m/1425H. Darul Kutub Al Islamiyah)

Kesederhanaan para da’i di lingkungan yang “tidak sederhana” adalah hal yang istimewa, ia nampak tidak tergoda dunia, walau dunia mengejarnya. Ia nampak mampu mengendalikan dunia, dunia ada ditangannya bukan dihatinya. Jika ia anggota dewan, pejabat, petinggi Partai Da’wah, dahulunya ia da’i yang sederhana, dan ia tetap sederhana di lingkungan yang “tidak sederhana”, maka ia seperti cahaya di tengah kegelapan, ia seperti keteladanan di zaman yang minim keteladanan.

Insya Allah, Allah akan mencintainya, dan manusia pun mengaguminya. Inilah sudut pandang yang seharusnya ... Syaikh! Bukan justru latah, ikut-ikutan, dan menjadi norak , sehingga menjadi tak ada bedanya dengan hamba dunia yang dahulu pernah kita benci, paling tidak beti (beda-beda tipis) dengan mereka.

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiallahu ‘Anhu dia berkata: “Datang seorang laki-laki kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Salam , dia berkata: “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku jika aku lakukan maka Allah dan manusia akan mencintaiku. Maka Ia bersabda: Zuhudlah di dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa-apa yang ada pada manusia, niscaya manusia akan mencintaimu. (HR. Ibnu Majah, sanadnya hasan. Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Kitab al Jami Bab Zuhd wal Wara’ , hal. 277. Hadits no. 1285. Cet 1, 2004M/1425H. Darul Kutub Al Islamiyah)

Akan Dibangkitkan Sesuai Niatnya

Da’wah ni telah diramaikan oleh beragam manusia; tipe, kecenderungan, skill, ebiasaan, sifat, dan niatnya. Faktor niat inilah yang akan mengendalikan dan mengarahkan masing-masing da’i, bahkan yang menentukan masa depan mereka di akhirat. Mereka sama-sama berjuang, sama-sama lelah, tapi mereka akan ibangkitkan di akhirat sesuai niatnya masing-masing. Ada yang niat dunia seperti ketenaran, popularitas, kekayaan, jabatan, wanita, walau ini mampu disembunyikan dengan sangat rapi didunia, berbungkus da’wah dan berhasil mengelabui banyak manusia, tetapi akan tersingkap di akhirat. Semoga llah Ta’ala merahmati dan memberikan balasan yang lebih baik bagi da’i-da’i akhirat, yang hanya mengharapkan Allah Ta’ala dan ketinggian agamaNya.

Dari ˜Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda: “Akan ada tentara yang menyerang Ka’bah, akan tetapi etika mereka sampai di sebuah lapangan, tiba-tiba mereka semua dibinasakan, dari awal sampai akhirnya”. Aisyah bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimanakah dibinasakan semua, padahal di antara mereka ada orang-orang yang tidak ikut-ikutan seperti mereka, yaitu orang-orang ang di pasar dan lain-lain?” Rasulullah menjawab: Mereka dibinasakan semua, lalu dibangkitkan menurut niat masing-masing.” (HR. Bukhari- Muslim, lafaz ini menurut Bukhari. Riyadhus Shalihin, Bab Al ikhlas wa Ihdhar an Niyah , hadits no. 2. Maktabatul Iman, Manshurah)

Jadi, amal akhirat manusia, seperti da’wah dan jihad menjadi hal yang sia-sia jika niatnya adalah dunia.

Dalam riwayat lain, dari Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu , bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Barang siapa yang beramal akhirat dengan tujuan dunia, maka dia tidak mendapatkan bagian di akhirat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Al hakim dan Al Baihaqi. Al Hakim berkata: sanadnya shahih, dan disepakati Adz Dzahabi. Al Haitsami mengatakan hadits ini diriwayatkan Ahmad dan anaknya dari beberapa jalur, dan para perawi Ahmad adalah perawi shahih, Majma’uz Zawaid 10/220)

Kami Tidak Mengharamkan Perhiasan Yang halal dari Allah!

Jika ada yang menyangka, ini adalah sikap sok suci, sok tidak butuh kekayaan, apalagi disebut iri, maka ia amat keliru. Kami meyakini, setelah iman yang mendalam dan amal yang terus-menerus, maka da’wah membutuhkan kekuatan, di antara kekuatan yang urgen hari ini adalah dana. Tentunya, orang yang tidak memiliki harta tidak bisa memberikan kekayaan. Bertemunya keimanan dan kekayaan, akan membentuk pribadi yang dermawan.

Namun yang menjadi tema dan sorotan kami adalah gaya hidup para da’i yang mengalami shock budaya, OKB, Orang Kaya Baru, lalu dia demonstratif dalam hal itu. Dia lupa bahwa dirinya berada di lingkungan da’wah, dan para ikhwah yang kebanyakan “tidak seberuntung dia”. Para Ikhwah yang hidupnya kembang kempis.

Bergesernya orientasi da’wah ilallah menjadi da’wah “Road to Senayan”, “Road to Kekayaan”, inilah yang harus disorot dan diwaspadai. Sesungguhnya, peringatan itu bermanfaat buat orang-orang beriman. Namun bagi yang sulit menerima nasihat, hatinya kesat, maka kami katakan:

Berpestalah ...

Bersenang-senanglah...

Dan lakukan semua kehendakmu ....

Anda bebas saudaraku...

Tetapi, pesta pasti berakhir itu pasti .... Kami juga meyakini, bahwa secara nilai normatif, banyak yang lebih faham dari kami tentang ini, lebih faqih, lebih berpengalaman, lebih cerdas, lebih pandai, lebih tahu masalah, pokoknya segalanya di atas kami ....

Tetapi, yang kami (para kader da’wah) minta adalah jangan ajarkan kami kemewahan, sebab itu bukan cita-cita, obsesi, dan ambisi kami ... jangan contohkan kami perilaku yang dahulunya sama-sama kita benci, sebab itu kabura maqtan ... dan jangan paksa kami untuk mengikuti jejak perilaku dan pemikiran yang Anda iklankan ....

Semoga hidayah dan bimbingan Allah Ta’ala selalu menyertai kita semua .. Amin

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.(QS. Al Isra’ : 18-19)

Wallahu Alam wa lIllahil Izzah


di posting dari perisaidakwah/opini aktivis

dari akh Farid Nu'man


Sabtu, 22 Maret 2008

RASULULLAH

Belajar dari keteladanan terbaik

Entah apa yang hendak di sematkan pada bangsa yang sudah terlanjur jatuh pada keterpurukan ini. Lengkap sudah penderitaan hadir di tiap sudut negeri ini. Kemiskinan adalah lukisan terpajang yang menghiasi sudut rumah kita, padahal berapa banyak orang kaya yang ada di negeri ini. Mobil-mobil sedan mewah meraung di jalanan kota bahkan sebagian sudah masuk di pelosok desa. Sejauh pengamatan tak pernah ada ceritanya kemacetan berkurang melainkan semaikn ruwet. Bangunan-bangunan megah, komplek di berlomba di bangun di balik ironi akan banjir yang melanda warga pinggiran karena hilangnya daerah-daerah resapan air. Belum lagi bertebarannya gembel di jalan-jalan yang harus survive dengan kejaran-kejaran aparat trantib. Keringat-keringat muda bercucuran di jalan-jalan berteriak mengais sesuap nasi mengetuk hiba pada kaca-kaca mobil mengkilat. Anda pun sepakat bahwa ini kondisi bangsa yang bangga akan tongkat kayu yang di lempar jadi tanaman. Bukan sesuap nasi yang tidak dimiliki bangsa ini, juga bukan peseran uang yang tak ada. Namun kepedulian yang telah mati di hati. Dan parahnya lagi survei yang dilakukan oleh salah satu majalah di Amerika (FORBESS) bahwa bangsa yang bersedih ini adalah bangsa dengan pertumbuhan orang kaya baru terbesar nomor dua di dunia.setelah singapore. Apa hendak dikata semuanya tak merubah gatalnya nasi aking yang di lalap dengan rebus daun ubi.tak ada ikan, daging apalagi saos yang menghiasi piring-piring sempeng perut-perut berganjal kelaparan.
Pemilihan umum hanya menjadi pesta hura-hura yang dirasakan oleh rakyat miskin, berjejal-jejal dan antri menunggu panggilan nama untuk mencoblos wajah-wajah dengan senyum editan entah ikhlas atau tidak. Rakyat tak tahu bedanya antara reformasi ataupun demokrasi. Tak ada pencerahan bagi mereka.Belum lagi kondisi elit atas yang bergelimang akan kenikmatan. Bahkan tarif telepon rumah mereka tiap bulannya tak jauh beda dari anggaran setahun makan nasi aking sekeluarga mereka. tapi elit tetap pelit, hanya berpikir keras untuk bayar hutang investasi awal di saat pemilu akankah lima tahun mendatang modal kampanye akan keluar.

Belum lagi kita lihat kondisi para anak-anak gaul modern yang begitu asyik tanpa tanggung jawab bahwa kunci rumah bangsa ini yang akan dititipkan di masa depan pada mereka. penulis begitu heran, semakin asyik rasanya jika ingin mengikuti keinginan setan, duduk-duduk (nongkrong bahasa elitnya) di pinggir jalan. Semakin hari (maaf) betis-betis mungil semakin menampakan eksistensinya sebagai ukuran wanita terbaik di masa sekarang. Entah apa namanya mungkin karena penulis kurang gaul, celana-celana pendek di atas lutut makin ngetren. Silahkan anda perhatikan sendiri kalau tak percaya. puser/udel (bahasa sono nya) pun tak kalah menarik untuk di ekspose. Entah siapa yang berani menjawab kondisi bangsa ini kedepan jika mental-mental modern kolot seperti itu dipertahankan.

Semuanya berubah begitu cepat dari perkiraan dan bayangan ini tidak akan terbayang oleh kita 5 tahun yang lalu. apalagi pada zaman baheula saat siti nurbaya masih malu-malu. saat keteladanan telah hilang, saat tujuan tak jelas, dunia akan terasa begitu indah hingga semua lupa. naudzubillah kita berlindung semuga bukan bagian dari mereka.



Hai sobat muda, akhi wa ukhti. bukan saatnya kita ratapi kondisinya. tapi hadirkan solusinya. Kembali kepada keteladanan rasulullah adalah jawaban. saat setiap orang membanggakan linsay louhan, agnes monica. saat mick jegger jadi patokan, dan disudut sana MUHAMMAD SAW tak di gubris, maka tak ada cerita untuk bisa membangkitkan kondisi ini.

Muhammad, sosok terlengkap yang pernah ada. Ia pernah miskin juga pernah kaya, tak jarang ia bersedih namun juga hadir dalam canda dan tawa, seorang panglima perang juga seorang diplomat,pengusaha juga tak jarang menggalnjal perutnya dengan batu. di benci musuh juga di puji musuh, kepala negara yang ikut serta menggali parit. Muhammad yang tak pernah absen dengan senyum, yang menjenguk orang yang meludahnya. entah apa lagi yang harus disematkan padanya. sampai-sampai abu sufyan pun tak sanggup berbohong akan sosoknya di depan Heraclius. amat sedih sekali jika kita ingin menyandingkannya dengan manusia-manusia lain yang tak jelas kehidupannya.

memprihatinkan jika sosok muhammad hanya di kenal di seputaran masjid. disanalah letak kesalahan kita, padahal Muhammad bukan malaikat, ia hanya manusia biasa dengan kehidupan yang sungguh luar biasa. Ia adala teladan terbaik bahkan seorang George bernardsaw berkata "is there any man greater than he?" lantas kenapa kita harus berpaling akan keteladananya ?


"LAQOD KANA LAKUM FI RASULILLAH USWATUN HASANAH"
sungguh telah ada pada diri rasulullah itu teladan yang baik

Hidayatullah.com News

Liputan6: RSS 0.92


copyright@Kurnia okta reza 2008