Ali bin Abi Talib

"Al haqqu bila nizam ya zimul batil bi nizam"
kebaikan yang tidak terorganisir dengan baik akan kalah dengan kebatilan yang di atur dengan baik


Kamis, 10 Juli 2008

MENJAGA KEIKHLASAN SEBUAH LANGKAH

tak dapat di pungkiri bahwa adanya kecenderungan kita terhadap lawan jenis. karena memang manusia di ciptakan berpasang-pasangan. dan Alah juga menghadirkan rasa kasih sayang merupakan salah satu rahmat Allah yang di berikan kepada kita.

"dan di antaratanda-tanda kebesarannya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untuk mu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya. dan dia menjadikan diantarmu rasa kasih sayang. sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir" (Ar-Ruum 21)

dan tentunya rasa kasih sayang dan ketentraman itu akan hadir jika ridho Allah juga hadir dalam suatu hubungan yang di ikat dengan yang tulus karena Allah dalm sebuah bahtera pernikahan.

dan tentunya akan berbeda jika hubungan tersebut sudah menjangkiti para remaja muslim dalam koridor yang berbeda. baik itu pacaran maupun HTS (hubungan tanpa status) yang sekarang cukup poluper di kalangan para aktivis dakwah. dan ini amat di sayangankan. bakan banyak mendalihkan bahwa itu berbeda dengan pacaran, dan juah dari zina.tentunya amat menyalahi aturan yang syar'i.

banyak sarana yang di gunakan dan umumnya pacaran ala ikhwah ini lekat dengan sms, saling taujih, mengingatkan qiyamu lai'l. naudzubillah toh setan begitu pandai dalam menjerumuskan nafsu dengan yang halus. bahkan terkesan islami.

pacaran gaya ikhwah ini terkesan islami (cover) suatu ketika dalam sebuah aksi seorang ikhwan meng-sms-i seorang akhwat. " ukhti....doakan kami untuk berjihad di bundaran pagi ini. semoga kejayan segera kita rebut syukron.....Allahuakbar!!!!".....atau "assalamu'alaikum, akhi gi ngapain ? o ya... jangan lupa bangunin ane malam nanti kalau ketiduran untuk QL.key.......jzkllah? bahkan tak jarang hubungan yang sedemikian ini sudah terlalu jauh untuk merencanakan sebuah pernikahan

akhi wa ukhti....mari kita kembali merenung.... itukah tujuan perjuangan kita ? jangan dengan hal tersebut mengotori langkah yang bersih ini. jangan terbuai, adakah itu sebuah hasil akal kita ? atau kita sudah terlalu cenderung pada nafsu. dimana keikhlasan kita. bahkan saya khawatir kalau tujuan syuro',aksi, baksos, diskusi....dan setiap kegiatan kita bermuatan hanya untuk mendapatkan pujian dari sang ukhti ataupun ikhwan, atau terlihat gagah dan soleh/soleha, naudzubillah Allah kita letakan dimana.

tak ada salahnya menyukai seseorang....namun begitu vulgarkah hingga terbangunlah limbah di hati yang lama kelamaan memburamkan hati menjadi racun di antara dua insan itu. toh kalau memang ada rasa kecenderungan, berlindunglah pada Allah ialah yang mengetahui apa yang terbaik untuk kita, mengharap hanya pada Allah.
oleh karena itu hindari "khayalan terlalu jauh." Saat ruang khayal terbuka lebar dengan bumbu-bumbu manis selalu menyertai. Tergoda syahwat untuk memikirkan dan berangan-angan lebih dari waktu ke waktu. Ketika pintu pertemanan lawan jenis terbuka dan mendapat respon yang baik, keinginan kuat untuk lebih masuk dan melewati pintu tersebut mendorong setiap kali ada kesempatan untuk "bertemu." Maka meminta no telepon, alamat rumah, foto hingga ingin mengetahui tanggal lahirnya biasanya menjadi ekor yang akan membuntutinya,
Di mana hati? Kembali untuk kejujuran diri. Apakah ada keikhlasan untuk saling mendoa'akan, mengingatkan untuk menjaga sholat, dan tilawah qur'an bagi dia semata-mata dari hati yang tulus dan tanpa pamrih? Dan benarkah tidak ada nafsu (syahwat) di dalam diri ini yang mendorong Anda untuk menelepon, ber sms, chatting dan sebagainya? Bagaimana perasaan Anda bila seharian tidak menelepon, bersms dan berchatting dengannya? Dan juga apakah perbuatan yang mulia ini (mendoa'akan, mengingatkan untuk menjaga sholat, dan tilawah qur'an) juga Anda lakukan untuk teman-teman Anda yang lainnya (sesama ikhwan atau sesama akhwat).

Berpulang kepada diri kita. Buatlah batasan-batasan diri untuk memurnikan kembali pertemanan Anda. Jangan melebihkan dalam berteman. Tidak menjadikan teman yang satu (dikarenakan lawan jenis, apalagi "maaf" cantik) lebih dispesialkan dibandingkan lainnya. Jadikan ia sama seperti teman Anda yang lainnya. Berikan keperluannya sebagaimana teman Anda yang lain.

Ketika Anda harus berhubungan dengannya, haruslah mempunyai keperluan yang jelas. Mengandung manfaat yang benar-benar penting dan berguna bukan mengada-ada hanya untuk hal-hal yang tidak jelas dan tidak ada faedahnya sama sekali.
Mulailah untuk merenung di atas kejujuran dan bertanya pada hati dengan sepenuhnya. Apakah hubungan ini murni bertemanan dan tidak ada syahwat hati yang yang mengiringi. Apakah saya masih dalam koridor yang diajarkan Islam ataukah sudah "nyerempet-nyerempet" bahkan sudah keluar dari rel yang sudah ditentukan? kita sendiri yang menjawabnya.

Hidayatullah.com News

Liputan6: RSS 0.92


copyright@Kurnia okta reza 2008