Ali bin Abi Talib

"Al haqqu bila nizam ya zimul batil bi nizam"
kebaikan yang tidak terorganisir dengan baik akan kalah dengan kebatilan yang di atur dengan baik


Senin, 25 Agustus 2008

Mentarbiyah Diri di Madrasah Ramadhan

Saya tersentak saat membaca majalah sebuah artikel tentang bagaimana para ulama salaf dan salafus solih lainnya dalam menghadapai Ramadhan. Ingin rasanya menangis, dan saya kembali mempertanyakan diri saya sendiri sadarkah saya bahwa ramadhan semakin dekat ?!” bagaimana Abu bakar ash-Shiddiq ber-Ramadhan, bagai mana ibadahnya Umar. Bagaimana dengan Imam Malik, Ibnul Qayyim al jauziyah, Bagaimana pula khusyuknya ats-Tsauri atau Manshur bin al-Mu’tamir.
Perasaan gembira tak terkira yang mereka rasakan pada saat kedatangan Ramadhan, bagi mereka tidak ada kabar gembira yang paling di tunggu selain kabar mengenai datang nya Ramadhan. Bulan penuh berkah, musim panen kebaikan dan segala berkah. Bahkan persiapan yang besar itu pun sudah di persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Mulai dari shaum sya’ban, ber infaq bahkan di bulan rajab saja keinginan besar akan datang nya ramadhan itu sudah di utarakan ;

“Allahumma baarik lana fii Rajab wa sya’ban wa ballighna Ramadhan”
Ya Allah, berkahi kami di bulan rajab dan sya’ban ini, serta sampaikan kami di bulan Ramadhan

Mereka begitu gembira. Ramadhan seakan menjadi starting point bagi mereka dan alangkah ruginya jika bulan yang penuh berkah yang di nantikan itu di lewatkan. Begitu saja. Bagimana dengan kita ? seakan tak ada event berarti bagi kita saat ramadhan. Sebagaian besar dari kita mungkin hanya menggangap ramadhan sebagai sebuah simbol saja. Sebuah rutinitas yang terkadang menyiksa. Mari kita tanyakan termasuk diri saya sendiri. “sejauh mana kita mempersiapkan ramadhan ini? Adakah kita orang-orang yang merasa gembira dengan kedatangannya ? ibarat seorang tamu yang benar-benar kita tunggu kedatangannya saat ia ingin menemui kita. Saat kita begitu rindu dengan sahabat yang begitu dekat sehingga saat kedatangannya kita sambut dengan hangat hingga ia merasa benar-benar di perhatikan. Dan atas kecintaan kita kita ajak ia berkeliling hingga ia begitu senang, kita benar-benar tak mau kehilangan waktu dengannya.. Dan sebaliknya pula sahabat kita itu semakin cinta pula kepada kita. Begitulah Ramadhan yang di sambut dengan suka cita. Ia begitu di rindukan hingga kerinduan itu meyesak ke dada. Tak sabar ingin berjumpa. Dan tak ingin melewatkan sedetik pun tanpa suatu amalan pun. Ia hanya datang satu kali dalam satu tahun, dan kita pun tak mampu mengetahui akankah kita kembali bertemu jika saja kita melewatkannya saat ini. Dan kepergiannya pun tak kita harapkan, waktu sebulan terasa begitu singkat.
Benarkah demikian ? tanyakan hati kita, adakah kebahagian di hati anda saat ini meyambut ramdhan ? dan adakah terbayang bagaimana sedihnya jika ia telah berlalu ? adakah tangis ? saat takbir dan tahmid berkumandang. Sejauh mana ikhwah, sejauh mana persiapan mu? Atau kita terlalu santai, dan tak ada satu pun keistimewaan bagi kita. Oh alangkah sedihnya, alangkah ruginya. Semoga hati kita senantiasa di jadikan rindu dengan kedatangan ramadhan sehigga kita begitu enggan menyia-nyiakannya.

“Man shaama ramadhanan imaana wa ikhtisaban gufirolahu ma taqoddama min dzanbihi” barang siapa yang menyambut bulan ramadhan dengan penuh keimanan, maka di ampunilah dosa-dosanya yang terdahulu

Ramadhan tak ubahnya sebuah madrasah. Madrasah yang mentarbiyah kita menjadi sarjana-sarjana yang berpredikat taqwa. Dan sejauh ini belum ada dimanapun sebuah madrasah, ma’had dan sekolah tinggi lainnya yang mampu menciptakan orang-orang dengan prediket taqwa. Sungguh luar biasa. Dan tentunya ada prasyarat yang harus kita penuhi dahulu sebelum memasuki madrasah yang langsung dari pengawasan Allah ini. Yaitu kita di minta untuk dapat memiliki ijazah keimanan terlebih dahulu. Karena tanpa ijazah keimanan tersebut tentunya tak akan mungkin predikat taqwa tersebut kita dapatkan. Karena yang di himbau dalam madrasah ramadhan ini adalah hanya untuk orang-orang yang beriman sebagai mana dinyatakan :

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS.al-Baqarah 183)

Dengan bekal keimanan tadi kita di ajarkan berbagai macam kurikulum. Di bulan Ramadhan kita berpuasa, di sini kita dilatih tentang makna sebuah kesabaran, untuk mengendali nafsu baik itu yang berpusat di perut, atau pun di bawahnya serta menahan hal-hal yang tidak bermanfaat apalagi hal-hal yang maksiat dan dilarang oleh Allah. Dengan berpuasa kita juga di perkenalkan tentang sebuah pengenalan psikologi. Memahami bagaimana rasanya lapar,dan bagaimana pula yang di rasakan oleh orang-orang yang senantiasa menjadikan rasa lapar sebagai mainan kehidupannya. Orang-orang miskin, kaum fakir, dhuafa. Sehingga dengan pemahaman ini kita mampu menyadari tentang arti sebuah rasa lapar dan secara otomatis kita dapat memahami efek sosialnya. Dengan demikian kita juga di ajarkan bagaimana indahnya berbagi, bagaimana sebuah kebahagiaan itu datang dari sekeping logam.


Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (QS. al-Insan 8)


Dengan puasa ini pula kita paham bahwa sedekah menjadi sebuah investasi yang tak mengenal rugi. Dan yang paling penting dengan puasa kita di ajarkan untuk bersyukur. Hebatnya lagi adalah pelajaran tambahan yang bisa kita dapatkan yaitu keutamaan puasa dari segi kesehatan. Dimana rasulullah dengan jelas mengatakan :“Shumu tasihu………berpuasalah agar kamu sehat”
Tidak saja mengajarkan namun menjadikan secara nyata tubuh kita benar-benar sehat. Fakultas kedokteran mana yang punya pelajaran seperti ini. Belajar langsung sehat, belajar sambil berproses. Subhanallah untuk mata kuliah puasa saja kita tak mampu lagi menghitung berapa SKS kah ?
Dengan demikian sampailah kita pada saat kesyukuran semakin bertambah saat adzan magrib berkumandang, bahkan saat-saat manantikannya pun detik demi detik yang semakin mendekat semakin besar rasa syukur kita. (dua kenikmatan bagi orang yang berpuasa. Berbuka dan bertemu tuhan)

Dari Abu hurairah : rasulullah bersabda,”Allah azza wa Jalla berfirman, Hamba-hamba yang paling kau cintai adalah mereka yang menyegerakan berbukan” (HR Tirmidzi)

Selain itu hendaknya kita memperbanyak amalan ibadah lainya, membaca Alqur’an. Dimana para sahabat sangat berlomba-lomba mengkhatamkannya. Karena bulan ramadhan juga di sebut sebagai bulan al-quran. Dimana selain bulan di turunkannya al-qur’an juga di bulan ini semua orang-berlomba-lomba membacanya, mentadabburinya,dan tidak kalah mengamalkannya dengan keikhlasan.
Tak lupa pula untuk merutinkan qiyamul lail karena inilah bulan keberkahan segala do’a di ijabah, pahala di lipat gandakan, pertolongan di turunkan rahmat di sebarkan. Dan yang penting juga untuk menegakan shalat tarawih dan menyambung silaturahmi, memperbanyak sedekah dan meyebarkan kebaikan lainnya
Dan yang paling penting dengan ramadhan ini kita mentarbiyah diri kita dengan tarbiyah yang langsung dari Allah. Dan Ramadhan sebagai momentum bagi kita untuk hijrah kearah yang lebih baik, menjadi pribadi yang bersih dan senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita
Dengan demikian pada akhirnya pula Allah akan menyematkan label Taqwa itu benar-benar pada diri kita. Sehingga kita di golongkan sebagai al-muttaqien.


Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.al-Hujurat 13)

Oleh karena itu siapkan diri kita dengan penuh keimanan untuk menghadapi Ramadhan ini dan bergembiralah, sambutlah dengan suka cita.azamkan dalam diri ini lah ramadhan terbaik kita. Ramadhan dengan tarbiyahnya dengan gelar muttaqien

Minggu, 24 Agustus 2008

Makna kehidupan dunia

Suatu ketika terdapatlah serombongan orang-orang melakukan perjalanan yang sangat jauh. Menuju sebuah kota yang akan menjadi tempat tinggal yang amat lama bagi rombongan itu. Suatu ketika mereka berhenti di sebuah pasar, sebelum turun dari bis yang membawa mereka, pemimpin rombongan mereka memberikan sebuah catatan apa saja yang harus mereka beli disana seperti biji-bijian secukupnya, pupuk, dan beberapa makanan untuk di makan, peralatan dan kebutuhan lain. Pemimpin rombongan senantiasa mengingatkan bahwa apa-apa yang di beli harus sesuai atas apa yang di tuliskan dan apa yang di instruksikannya, dan pemimpin rombongan selalu mengharapkan agar setiap orang dapat saling mengingatkan karena di pasar, berbagai macam makanan dan kebutuhan lain di jual di sana ia khawatir jikalau orang-orang rombongan itu lupa untuk membeli sesuai apa yang di instruksikan.
Ketika rombongan itu sampai di pasar, sebagian ada yang bersegera untuk membeli apa yang di mintakan oleh pemimpin rombongan mereka itu,. ada lagi kelompok ke dua yang membeli apa yang di instruksikan namun tidak sesuai dengan takarannya. Mereka membeli biji-bijian namun lupa membeli pupuk dan perkakas. Ada yang hanya membeli pupuk dan perkakas tapi mereka tidak membeli makanan dan biji-bijian. namun ada yang ternyata lupa untuk membeli apa yang di instruksikan oleh pemimpin rombongannya. Mereka membeli makanan yang banyak dan berfoya-foya di pasar tersebut semakin mereka makan, maka mereka semakin lapar dan haus dan selalu ingin membelinya makanan tersebut,hingga uang mereka habis
Tak lama kemudian mobil segera berangkat dan tak satu pun yang tertinggal di pasar itu. Sebagian mereka mulai menyadari apa yang mereka lakukan. Ada yang khawatir karena tak satupun yang mereka bawa melainkan hanya perut yang penuh berisi makanan. Ada yang baru ingat bahwa apa yang mereka beli ternyata tidak tepat.ada juga yang puas karena semua yang di beli tepat sesuai apa yang instruksikan Sesampainya di tempat tujuan tiap-tiap orang di beri sepetak tanah yang harus mereka tanami akan apa yang mereka beli tadi.
Yang membeli sesuai dengan yang di instruksikan pimpinannya segera mencangkul dan menanami biji-bijian tadi setelah itu mereka pun memupuknya. Sehingga dengan seketika tumbuhlah pohon yang lebat dan rindang yang banyak buahnya. Dan orang itu merasa senang terlindung dari panas terik matahari dan melindungi pula dari kuyup hujan serta cukup dengan makanan. Mereka beristirahat, bermain dan bersenang-senang, dibawah pohon itu pula terdapat cadangan air yang cukup untuk minum dan mampu menyimpan hujan yang turun.
Sementara itu kelompok yang kedua yang membeli biji-bijian. Badan mereka lemas karena lupa mengisi perut mereka, merka juga bingung bagaimana caranya untuk mencangkul tanah dan biji-bijian yang mereka tanam pun tak mau tumbuh lantaran tak di pupuk akhirnya mereka sadar semua yang mereka lakukan ternyata sia-sia.
Kelompok ketiga, mereka tak punya apa-apa untuk di tanam, tak ada perkakas untuk bekerja mereka kepanasan saat siang. Dan kebasahan saat hujan. Tak ada yang dapat dimakan. Mereka kini menyadari bahwa mereka ternyata telah di sesatkan oleh nafsu mereka sendiri. Namun penyesalan pun kini tiada guna. Namun kelompok kedua dan ketigam pada akhirnya di pinjamkan perkakas dan di berikan sedikit pupuk serta biji-bijian oleh pemimpin rombongannya tadi dan mereka merasa senang kembali meskipun harus bersusah payah namun akhirnya pohon mereka pun tumbuh meskipun tak selebat dan serindang kelompok pertama namun cukup untuk melindungi mereka.
Yang parah ialah kelompok ke empat yang tidak mau mengikuti pimpinan rombongannya, mereka mengganggap mereka yang paling tau kemana mereka pergi mereka membeli pupuk mereka membeli makanan, perkakas, biji-bijian tapi tak tau di gunakan untuk apa ? sehingga di perjalanannya mereka membuang-buang apa yang telah mereka beli. Dan mereka sadar bahwa mereka telah salah. Mereka pun tidak mendapatkan bantuan dari pimpinan rombongan mereka lantaran mereka mendustainya.
Cerita tersebut hanyalah sebagai gambaran bagi kita bahwa itulah hakikat kehidupan kita di dunia. Dunia hanya sebagai sutau tempat persinggahan bagi kita untuk mempersiakan bekal kita di kehidupan yang lebih hakiki yaitu kehidupan akhirat. Sungguh amat rugi jika kita mau menukar kebaikan dan kenikmatan akhirat dengan kenikmatan dunia yang nisbi ini yang hanya tampak di pelupuk mata.

Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS al-An’aam : 32)

Di ibaratkan pada kelompok pertama yaitu orang-orang yang membeli apa-apa sesuai dengan instruksi dan catatan yang di sampaikan oleh pimpinan rombongan. Mereka adalah ahlus sunnah wal jamaah, yang senantiasa menjalankan apa-apa yang di perintah dan melakukan sesuatu sesuai dengan tuntunan dari Rasulullah SAW dan mereka adalah orang-orang beruntung karena memahami tujuan kehidupannya di dunia ini dan tidak terpedaya oleh keindahannya.
Kelompok kedua di ibaratkan adalah orang-orang yang tau akan tujuan perjalanannya. Namun tak memahami aturan yang di amanahkan, mereka beribadah dengan nafsu mereka. Mereka menghadirkan hal-hal yang baru yang mereka katakan sebagai suatu hal yang baik padahal itu tidak sesuai dengan tuntutan yang di ajarkan Rasulullah SAW sehingga mereka menjadi ahlu bid’ah dan amalan mereka seakan sia-sia. Tidak ada yang dapat di panen dari amalan tersebut, dn justru mendekatkan mereka pada kesesatan.


Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah. Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. >(QS. Al-Hadiid 27)

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS.al-Ahzab 36)

Kelompok yang ke tiga adalah orang-orang yang tidak paham tujuan kehidupannya di dunia, mereka tau bahwa mereka akan mati, namun tak ada persiapan menghadapi kematian itu. Mereka terlalu di sibukan urusan dunia sehingga mereka tak sadar dan di lupakan akan tuhannya. Mereka lupa kenikamatan yang hakiki.

.Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan syaitan Itulah golongan yang merugi. (QS. Al-Mujadillah 19)

Kelopok yang ke-empat adalah orang yang paling malang, mereka tak paham tujuan kehidupan, mereka pembangkang kebenaran. Mereka mendustakan perkataan-perkataan dan nilai-nilai haq dinullah ini yang di sampaikan Rasulullah. Mereka berbuat baik tapi tak tau untuk apa. Mereka beramal banyak tapi tak paham tujuannya apa. Mereka inilah orang-orang kafir yang senantiasa menginggakri kebenaran dan mereka adalah orang-orang yang tidak mendapat apa-apa melainkan siksaan yang keras atas ke kufuran mereka.

Maka mereka berkata: "Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita?" Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam Keadaan sesat dan gila".Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? sebenarnya Dia adalah seorang yang Amat pendusta lagi sombong.Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya Amat pendusta lagi sombong. (QS. Al-Qamar 24-26)


………dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka. (QS. Ar Ra’d 14)

lantas di kelompok manakah kita berada ? memahami tujuan kehidupan kita adalah hal mutlak yang harus kita ketahui. Kerena ada kehidupan setelah kehidupan dunia ini dan kehidupan itu jauh lebih baik jika kita memahaminya. Tujuan utama kita di dunia ini tidak lain adalah sebagai seorang hamba yang mengabdi kepada Allah dan tidak lebih dari itu. Dengan cara berpegang teguh pada atura-aturan yang terdapat dalam Al-quran dan sunnah.

Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Al-Baqarah 3-5)

Senin, 18 Agustus 2008

DI SANA KITA DIDIK

Sebungkus kacang dengan sekaleng soft drink. kaki terjulur di sofa dengan tangan kiri mengamit remote. Ah.....kita di giring..........pada kematian. Bahkan lebih dari itu. Kotak kaca itu memudarkan pandangan meleburkan hati perlahan-lahan dan membekukan pada jurang-jurang kenisbian dunia. Dan disana kita di didik.
Televisi.......kotak kaca itu benar-benar dashyat, ia lebih bahaya dari matahari yang memancarkan ultravioletnya. Menggandakan melanin sehingga menghitamkan kulit. Melainkan ia mampu lebih dari itu. Ia menusuk ke hati, meluluhkan keimanan, ia menjalani berbagai virus, meracuni dan mematikan segala potensi diri. menggerakan seluruh tubuh dan jiwa dalam kelalaian. Membangun kita untuk mengecap berbagai rasa, pembangkangan, menciptakan seribu satu alasan. Ia lebih dari sebuah amnesia, melumpuhkan saraf otak dan disana kita di didik.
Kita tak meragukan lagi bahwa televisi adalah bahaya yang mengancam. Mengancam keberlangsungan, kekuatan jiwa-jiwa muda yang segar. Jiwa-jiwa remaja dan anak-anak bahkan jiwa-jiwa orang orang tua. Menjadi jiwa-jiwa yang lemah, membudak dan manja. Ia berhasil memperdaya dan mendustakan pandangan kita. Ia menyuguhkan fatamorgana kehidupan pada mimpi-mimpi hina. Ia menjajakan komersialisme dan antek kapitalisme yang menjunjung sekularisme.
Saya tak habis pikir entah apa yang ada di benak para produser dan konglomerat-konglomerat yang kita beri nama televisi itu. Suatu kali saya mengamati, alangkah buruknya dan alangkah lemahnya. Buruk pada manajemen dan lemah pada pengawasan. Sepanjang hari hampir sebagian televisi kita menyuguhkan program-program yang menggiring pada pembodohan masyarakat. Program-program yang mengacaukan pola pikir anak-anak muda dan program-program yang menyesatkan.
Misalnya sebuah stasiun televisi yang menyuguhkan program-program percintaan yang di bubuhi hal-hal yang diluar batas penalaran manusia (takhayul) dan itu berlangsung dari jam 08.00 pagi hingga siang hari. Sedikit di selingi program berita dan di lanjutkan kembali dengan film-film tersebut hingga sore harinya. Dan malamnya di sambung dengan program kontes musik hingga pukul 12 malam dan setelah itu disambung kembali dengan film takhayul kembali hingga subuh. Nilai apakah yang dapat kita petik ? benarkah televisi menjadi sarna pendidikan ? perlu di revisi kembali bahwa pemahaman televisi sebagai sarana pendidik pada akhir-akhir ini. Dan saya melihat sebagian televisi justru menggunggulkan program-program yang kolot. Ironis lagi ada televisi yang melabeli diri sebagai stasiun televisi pendidikan justru semakin membelakangi anak-anak untuk berfikir bodoh. Dengan program-program yang terkesan mendidik dan islami seperti entong dengan segala keajaibannya, dan si badut dengan sepeda ajaibnya.
Televisi kita bukannya menanamkan paradigma berfikir yang cerdas dan sehat. Justru memundurkan, dan harus di akui bahwa televisi kita sekarang adalah televisi yang menjadi sarana komersil dan manut pada kapitalisme. Mereka mengikuti tren kebutuhan masyarakat sehingga tidak lagi memperdulikan nilai-nilai dan cenderung latah. Televisi tidak mampu lagi menjadi media pendidik dan pencerdas bangsa. Melainkan tok hanya untuk sarana hiburan semata. Dan mereka para produser berdalih bahwa masyarakat butuh hiburan”. Ya.......benar-benar msyarakat kita butuh hiburan. Hiburan yang terlalu over. Bukan sebagai refreshing dari kesibukan, kepenatan dan rasa bosan. Melainkan hiburan yang mentotol-totol otak dan hati menjadi kering, kosong melompong.
Hiburan yang menjauhkan anak-anak dari buku, dari kreatifitas dan inovasinya. Menjadi imajinasi semu, hiburan yang menuntut para remaja untuk konsumtif. Mengkomersilkan setiap nilai dan mengawang impian. Kosong, bolong, mematerikan.
Hiburan yang membenamkan budaya edukatif orang tua pada pola permisif akan zaman. Televisi benar-benar setan yang menghembuskan buhul-buhul sejak fajar hingga fajar kembali. Ia melenakan dengan goyangan erotis. Memabukan dengan cinta yang skeptis dan membuat kita bersikap apatis.
Tiap malam kita di suguhkan acara-acara yang membanggakan aurat, wanita-wanita telanjang yang di komentari dengan komentar-komentar orang-orang bodoh. Tua muda menari, hilang rasa malu dan amat memalukan. Mereka bangga dengan audisi kaum kafir tersebut. Dari senja hingga malam dan kita pun di lalaikan untuk zikir pada Allah
Melalui televisi kita di ajarkan untuk melalaikan shalat dan menyegerakan gerakannya. Melupakan tuma’ninah demi sedetik acara televisi yang sayang di tinggalkan. Kita dilenakan oleh kisah-kisah cinta yang hampa penuh dendam dan intrik. Di televisi pulalah anak-anak kita di ajarkan budaya jahiliyah, menjadikan perempuan sebagai gula-gula yang di suguhkan dengan aurat-auratnya di pajang dalam iklan-iklan konsumtif
Sinetron orang-orang borju, kemewahan, keindahan dengan menafikan kemiskinan dan kemelaratan sehingga kita terlupa bahwa bangsa ini sedang sekarat dengan jutaan orang-orang melarat. Ia benar-benar membutakan
Sudah saatnya kita waspada terutama orang tua. Jangan salahkan jika anak-anak sudah berani melawan, melupakan tugas-tugas sekolahnya, merasa modern dan mengangggap anda orang yang kuno. Karena itulah pola yang di ajarkan televisi pada mereka. Dan itu tidak lebih dari upaya kaum kapitalis untuk merongrong bangsa ini mundur melalui kotak kaca itu.
Apa jadinya jika alur fikiran anak-anak kita layaknya si entong, atau cinta fitri bahkan black street / pacar pertama. Entah bagaimana pula dengan tuan takur dan mamamia yang menginginkan bangsa ini menjadi pe-dangdut dadakan dan menjadi negara yang masyarakatnya menjadi penyanyi dan berjoget sepanjang hari. Entahlah...........
Yang jelas sadarlah bahwa televisi kita sekarang begitu asyik dengan aurat-auratnya, dengan ajaran materialis dan konsumtif, takhayul dan penuh angan-angan yang semua itu merupakan rongsokan-rongsokan jahiliyah yang telah lama terkubur. Meskipun tidak semua stasiun televisi seperti itu, namun ingat ”disana kita di didik”.

Hidayatullah.com News

Liputan6: RSS 0.92


copyright@Kurnia okta reza 2008