Ali bin Abi Talib

"Al haqqu bila nizam ya zimul batil bi nizam"
kebaikan yang tidak terorganisir dengan baik akan kalah dengan kebatilan yang di atur dengan baik


Senin, 25 Agustus 2008

Mentarbiyah Diri di Madrasah Ramadhan

Saya tersentak saat membaca majalah sebuah artikel tentang bagaimana para ulama salaf dan salafus solih lainnya dalam menghadapai Ramadhan. Ingin rasanya menangis, dan saya kembali mempertanyakan diri saya sendiri sadarkah saya bahwa ramadhan semakin dekat ?!” bagaimana Abu bakar ash-Shiddiq ber-Ramadhan, bagai mana ibadahnya Umar. Bagaimana dengan Imam Malik, Ibnul Qayyim al jauziyah, Bagaimana pula khusyuknya ats-Tsauri atau Manshur bin al-Mu’tamir.
Perasaan gembira tak terkira yang mereka rasakan pada saat kedatangan Ramadhan, bagi mereka tidak ada kabar gembira yang paling di tunggu selain kabar mengenai datang nya Ramadhan. Bulan penuh berkah, musim panen kebaikan dan segala berkah. Bahkan persiapan yang besar itu pun sudah di persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Mulai dari shaum sya’ban, ber infaq bahkan di bulan rajab saja keinginan besar akan datang nya ramadhan itu sudah di utarakan ;

“Allahumma baarik lana fii Rajab wa sya’ban wa ballighna Ramadhan”
Ya Allah, berkahi kami di bulan rajab dan sya’ban ini, serta sampaikan kami di bulan Ramadhan

Mereka begitu gembira. Ramadhan seakan menjadi starting point bagi mereka dan alangkah ruginya jika bulan yang penuh berkah yang di nantikan itu di lewatkan. Begitu saja. Bagimana dengan kita ? seakan tak ada event berarti bagi kita saat ramadhan. Sebagaian besar dari kita mungkin hanya menggangap ramadhan sebagai sebuah simbol saja. Sebuah rutinitas yang terkadang menyiksa. Mari kita tanyakan termasuk diri saya sendiri. “sejauh mana kita mempersiapkan ramadhan ini? Adakah kita orang-orang yang merasa gembira dengan kedatangannya ? ibarat seorang tamu yang benar-benar kita tunggu kedatangannya saat ia ingin menemui kita. Saat kita begitu rindu dengan sahabat yang begitu dekat sehingga saat kedatangannya kita sambut dengan hangat hingga ia merasa benar-benar di perhatikan. Dan atas kecintaan kita kita ajak ia berkeliling hingga ia begitu senang, kita benar-benar tak mau kehilangan waktu dengannya.. Dan sebaliknya pula sahabat kita itu semakin cinta pula kepada kita. Begitulah Ramadhan yang di sambut dengan suka cita. Ia begitu di rindukan hingga kerinduan itu meyesak ke dada. Tak sabar ingin berjumpa. Dan tak ingin melewatkan sedetik pun tanpa suatu amalan pun. Ia hanya datang satu kali dalam satu tahun, dan kita pun tak mampu mengetahui akankah kita kembali bertemu jika saja kita melewatkannya saat ini. Dan kepergiannya pun tak kita harapkan, waktu sebulan terasa begitu singkat.
Benarkah demikian ? tanyakan hati kita, adakah kebahagian di hati anda saat ini meyambut ramdhan ? dan adakah terbayang bagaimana sedihnya jika ia telah berlalu ? adakah tangis ? saat takbir dan tahmid berkumandang. Sejauh mana ikhwah, sejauh mana persiapan mu? Atau kita terlalu santai, dan tak ada satu pun keistimewaan bagi kita. Oh alangkah sedihnya, alangkah ruginya. Semoga hati kita senantiasa di jadikan rindu dengan kedatangan ramadhan sehigga kita begitu enggan menyia-nyiakannya.

“Man shaama ramadhanan imaana wa ikhtisaban gufirolahu ma taqoddama min dzanbihi” barang siapa yang menyambut bulan ramadhan dengan penuh keimanan, maka di ampunilah dosa-dosanya yang terdahulu

Ramadhan tak ubahnya sebuah madrasah. Madrasah yang mentarbiyah kita menjadi sarjana-sarjana yang berpredikat taqwa. Dan sejauh ini belum ada dimanapun sebuah madrasah, ma’had dan sekolah tinggi lainnya yang mampu menciptakan orang-orang dengan prediket taqwa. Sungguh luar biasa. Dan tentunya ada prasyarat yang harus kita penuhi dahulu sebelum memasuki madrasah yang langsung dari pengawasan Allah ini. Yaitu kita di minta untuk dapat memiliki ijazah keimanan terlebih dahulu. Karena tanpa ijazah keimanan tersebut tentunya tak akan mungkin predikat taqwa tersebut kita dapatkan. Karena yang di himbau dalam madrasah ramadhan ini adalah hanya untuk orang-orang yang beriman sebagai mana dinyatakan :

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS.al-Baqarah 183)

Dengan bekal keimanan tadi kita di ajarkan berbagai macam kurikulum. Di bulan Ramadhan kita berpuasa, di sini kita dilatih tentang makna sebuah kesabaran, untuk mengendali nafsu baik itu yang berpusat di perut, atau pun di bawahnya serta menahan hal-hal yang tidak bermanfaat apalagi hal-hal yang maksiat dan dilarang oleh Allah. Dengan berpuasa kita juga di perkenalkan tentang sebuah pengenalan psikologi. Memahami bagaimana rasanya lapar,dan bagaimana pula yang di rasakan oleh orang-orang yang senantiasa menjadikan rasa lapar sebagai mainan kehidupannya. Orang-orang miskin, kaum fakir, dhuafa. Sehingga dengan pemahaman ini kita mampu menyadari tentang arti sebuah rasa lapar dan secara otomatis kita dapat memahami efek sosialnya. Dengan demikian kita juga di ajarkan bagaimana indahnya berbagi, bagaimana sebuah kebahagiaan itu datang dari sekeping logam.


Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (QS. al-Insan 8)


Dengan puasa ini pula kita paham bahwa sedekah menjadi sebuah investasi yang tak mengenal rugi. Dan yang paling penting dengan puasa kita di ajarkan untuk bersyukur. Hebatnya lagi adalah pelajaran tambahan yang bisa kita dapatkan yaitu keutamaan puasa dari segi kesehatan. Dimana rasulullah dengan jelas mengatakan :“Shumu tasihu………berpuasalah agar kamu sehat”
Tidak saja mengajarkan namun menjadikan secara nyata tubuh kita benar-benar sehat. Fakultas kedokteran mana yang punya pelajaran seperti ini. Belajar langsung sehat, belajar sambil berproses. Subhanallah untuk mata kuliah puasa saja kita tak mampu lagi menghitung berapa SKS kah ?
Dengan demikian sampailah kita pada saat kesyukuran semakin bertambah saat adzan magrib berkumandang, bahkan saat-saat manantikannya pun detik demi detik yang semakin mendekat semakin besar rasa syukur kita. (dua kenikmatan bagi orang yang berpuasa. Berbuka dan bertemu tuhan)

Dari Abu hurairah : rasulullah bersabda,”Allah azza wa Jalla berfirman, Hamba-hamba yang paling kau cintai adalah mereka yang menyegerakan berbukan” (HR Tirmidzi)

Selain itu hendaknya kita memperbanyak amalan ibadah lainya, membaca Alqur’an. Dimana para sahabat sangat berlomba-lomba mengkhatamkannya. Karena bulan ramadhan juga di sebut sebagai bulan al-quran. Dimana selain bulan di turunkannya al-qur’an juga di bulan ini semua orang-berlomba-lomba membacanya, mentadabburinya,dan tidak kalah mengamalkannya dengan keikhlasan.
Tak lupa pula untuk merutinkan qiyamul lail karena inilah bulan keberkahan segala do’a di ijabah, pahala di lipat gandakan, pertolongan di turunkan rahmat di sebarkan. Dan yang penting juga untuk menegakan shalat tarawih dan menyambung silaturahmi, memperbanyak sedekah dan meyebarkan kebaikan lainnya
Dan yang paling penting dengan ramadhan ini kita mentarbiyah diri kita dengan tarbiyah yang langsung dari Allah. Dan Ramadhan sebagai momentum bagi kita untuk hijrah kearah yang lebih baik, menjadi pribadi yang bersih dan senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita
Dengan demikian pada akhirnya pula Allah akan menyematkan label Taqwa itu benar-benar pada diri kita. Sehingga kita di golongkan sebagai al-muttaqien.


Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.al-Hujurat 13)

Oleh karena itu siapkan diri kita dengan penuh keimanan untuk menghadapi Ramadhan ini dan bergembiralah, sambutlah dengan suka cita.azamkan dalam diri ini lah ramadhan terbaik kita. Ramadhan dengan tarbiyahnya dengan gelar muttaqien

Tidak ada komentar:

Hidayatullah.com News

Liputan6: RSS 0.92


copyright@Kurnia okta reza 2008